Nyaris

8.5K 703 9
                                    

Lisa agak terburu menuju lapangan kuda. Karena pagi ini tiba-tiba ia mendapati kunjungan mendadak Selir Yu, membuat Lisa lupa jika mempunyai jadwal latihan dengan kaisar. Meski baru bertatap muka secara langsung, tetapi mereka berdua terlibat percakapan yang amat seru. Lisa langsung merasa cocok dengan wanita itu. Sangat berbeda dengan Selir Yuki yang menampakkan ketidaksukaannya pada Lisa secara terang-terangan.

Terlebih, ketika Lisa tahu jika Selir Yu punya hobi unik, yaitu berkunjung ke daerah-daerah rakyat untuk memastikan kesejahteraan mereka. Wanita dermawan yang menurut Lisa sangat jarang ia temui. Dari sorot matanya, Lisa bisa melihat binar ketulusan ketika ia bercerita tentang para petani dan pedagang, kehidupan mereka di luar sana, juga pendidikan yang ia bangun di luar istana. Membuat Lisa amat ingin menginjakkan kakinya di luar istana dan berbaur seperti Selir Yu di dunia luar.

Beralih pada langkahnya, Lisa mengabaikan teriakan Dayang Im yang menyuruhnya untuk berhati-hati. Ia tetap berlari hingga akhirnya mampu menapakkan kakinya di atas rerumputan lapangan kuda. Lelah, Lisa membungkukkan badannya sambil menumpukan telapak tangannya pada lutut. Napasnya tersenggal setelah berlari jauh dari istana permaisuri.

"Hei, Permaisuri! Anda terlambat lima menit! Jadi, Anda harus dihukum."

Teriakan anak kecil dari kejauhan itu membuat Lisa meringis kesal. Baru juga sampai, tetapi sudah disambut dengan ancaman. Setelah napasnya teratur, Lisa kembali bangkit berjalan anggun menuju tempat di mana Pangeran Lee Sung berdiri. Tampaknya dia hanya seorang diri, sehingga Lisa menolehkan wajahnya ke sana kemari untuk memastikan keberadaan kaisar.

"Di mana Kaisar Lee?" tanya Lisa sesampainya di depan Pangeran Lee Sung.

Anak itu malah menggeleng pelan dengan  wajah datar, sangat mirip Kaisar Lee. "Ayah marah karena Anda terlambat."

Kedua mata Lisa terbelalak seketika. "Benarkah? D―di mana dia sekarang? Aku akan minta maaf."

Dengan gelagat seorang petinggi, Pangeran Lee Sung mengacungkan jari telunjuknya ke udara, lalu menggerakannya ke kanan ke kiri.

"Dia sedang ke penjara, menyiapkan satu untukmu."

"Apa?! Kau serius?"

"Tentu saja aku bercanda, ups!" Pangeran Lee Sung langsung menutup mulutnya dengan mata membulat, terkejut dengan kalimat yang baru ia lontarkan sendiri.

Mendengar itu, Lisa hanya mencibir, turut kesal karena pembohongan yang dilakukan anak kecil ini.

"Ya! Kalau kau terus bercanda seperti ini, aku akan―"

"Kalian sudah datang?" Suara bass itu memotong ucapan Lisa.

Baik Lisa mau pun Pangeran Lee Sung,  sama-sama menoleh tepat ke asal suara, tempat di mana sosok pria bertubuh jangkung dengan baju latihan khas pejabat kerajaan. Mahkota emas pun masih bertengger di kepalanya, yang kemudian ia turunkan tepat saat satu pelayan datang membawa bantal yang ditutupi kain sutera emas untuk meletakkan mahkota kaisar tersebut. Setelah pelayannya pergi, Kaisar Lee kembali menatap kedua manusia berbeda generasi di hadapannya.

"Baiklah, kali ini aku akan mengajarkan kalian teknik dasar berpedang. Pertama, kalian harus tenang, jangan panik. Jika kalian panik, kalian tidak akan sanggup berkonsentrasi. Ke dua, amati lingkungan pertarungan, siapkan diri kalian, fokus pada gerak-gerik lawan, cari waktu terbaik untuk menyerang atau bertahan. Ke tiga, untuk menjaga keseimbangan, posisikan kaki selebar bahu. Ke empat, mulai serangan dan elakan. Jika kalian dalam posisi diserang, kalian harus menangkis arah datangnya pedang dengan melawan posisi pedang. Misal, pedang datang dari kiri atas, kalian harus mengayunkan pedang dari arah kanan bawah. Mudah, kan?"

Baik Lisa, maupun Pangeran Lee Sung sama-sama saling beradu pandang. Refleks, sepasang manik mata dari kedua manusia itu berkedip secara bersamaan, bingung sekaligus tidak paham dengan penjelasan panjang lebar Kaisar Lee. Jangan menyalahkan Pangeran Lee Sung, anak itu memang belum memiliki kapasitas untuk mencerna teori dan teknik dengan metode mendengar, apalagi kalimat sepanjang tadi.

Pada akhirnya, Kaisar Lee menghembuskan napas panjangnya setelah melihat raut wajah menyedihkan kedua murid barunya itu.

Dengan tenang, Kaisar Lee menghunus pedang, memasang kuda-kuda lalu mengayunkannya ke depan dada.

"Ini gerakan yang mudah. Masa, kalian tidak tahu?" Alis Kaisar Lee mencuram.

Namun, Lisa dan Pangeran Lee Sung hanya saling bertukar pandang sekilas lalu kembali menatap kaisar diiringi gelengan kepala. Kaisar Lee mendengkus kesal lalu memanggil Jenderal Wu.

"Jenderal Wu, kemarilah!"

Jenderal Wu datang, membungkukkan tubuh sejenak sebagai tanda penghormatan.

"Ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia?"

"Ajari Permaisuri bermain pedang. Sepertinya dia akan sangat payah."

"Apa?!" pekik Lisa tanpa sadar, yang seketika langsung mendapat pelototan dari Jenderal Wu.

"Birsikap sopanlah, Yang Mulia!"

Lisa pun menunduk patuh. Entah mengapa, aura Jenderal Wu terasa lebih menyeramkan daripada Kaisar Lee. Suara Kaisar Lee memang berat, tetapi suara Jenderal Wu terdengar lebih rendah dan menakutkan. Akhirnya, Lisa hanya bisa menatap lesu saat Pangeran Lee Sung menjulurkan lidahnya untuk mengejek dan berjalan menjauh bersama kaisar.

Degan gontai, Lisa pun mengikuti tiap intruksi Jenderal Wu. Ia jadi tidak bersemangat sama sekali. Pasalnya, Jenderal Wu itu sangat tegas dan keras. Tidak segan ia membentak Lisa jika melakukan kesalahan.

Seperti saat ia salah memposisikan kaki sehingga membuatnya terjatuh dengan tidak elitnya di atas tanah. Alih-alih membantu, Jenderal Wu malah memarahinya karena kurang konsentrasi. Memang, dia salah, tetapi setidaknya pria itu harus membantunya berdiri. Bukankah dia ratu? Berarti pangkatnya lebih tinggi, 'kan daripada jenderal?

"Kenapa Anda tidak mendengar aba-aba saya? Saya, 'kan sudah bilang posisikan kaki sejajar dengan lutut! Bukan dirapatkan seperti tadi!"

Sabar, Lisa ... ini ujian, batinnya geram.

Lisa pun kembali bangkin. Tak sengaja, tatapannya jatuh pada pemandangan manis ketika Kaisar Lee membantu Pangeran Lee Sung memegang pedang, lalu dengan bersama, tangan Kaisar Lee menuntun tangan mungil milik Pangeran Lee Sung cara menebas pedang dengan benar.

Hati Lisa jadi menghangat, tetapi juga panas. Entah mengapa, melihat pasangan ayah-anak itu berinteraksi membuat seperti gelora tersendiri dalam dirinya. Ada rasa suka juga bahagia tanpa sebab. Namun, ia juga merasa iri di saat bersamaan. Di sana, Pangeran Lee Sung diajari Kaisar dengan lemah lembut oleh Kaisar Lee, sedangkan dirinya? Alih-alih bersikap lembut, justru karena sikap keras dan tegas Jenderal Wu membuatnya grogi sehingga tidak sanggup berkonsentrasi.

"Iya-iya, aku akan mencoba lagi," balas Lisa lemas.

Jenderal Wu hanya memperhatikannya datar tanpa senyum sedikit pun. Sikap kakunya itulah yang membuat Lisa enggan untuk berlatih dan segan untuk bertanya tentang ketidaktahuannya.

Menghirup napas panjang, Lisa berusaha mengumpulkan konsentrasinya. Dimulainya kuda-kuda pertama dengan melebarkan kakinya selebar bahu, perlahan manghunus pedang dan memasangnya siaga di depan dada. Konsentrasinya mulai dalam, seperti kata Jenderal Wu, ia harus membayangkan ada musuh di hadapannya.

Benar saja, kini Lisa mampu membayangkan puluhan musuh di depan matanya. Seulas senyum miring tercetak jelas di matanya saat melihat rupa musuh di pikirannya. Ya, sosok itu adalah Jenderal Wu, pria menyebalkan yang membuatnya kesal, tetapi tidak cukup nyali untuk melawan. Karena Lisa kalah di dunia nyata, maka dia harus menang dalam imajinasinya sendiri.

Tangan Lisa mulai bergerak memutar hendak menyabetkan pedangnya, tetapi sayang, di sela gerakan memutar yang ia lakukan, tak sengaja kakinya terkilir sehingga membuat keseimbangannya blank. Lisa pun kembali terjatuh, ia meringis kesakitan. Namun, ketika tidak melihat pedang di tangannya, lantas kedua matanya membulat ketika mendengar pekikan Jenderal Wu.

"Awas, Pangeran!"

Mendengar namanya dipanggil, Pangeran Lee Sung pun menatap ke arah datangnya suara. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati ujung mata pedang yang mengkilat di bawah sinar matahari tengah menuju ke arahnya.

"Ayah!"

The Queen Of Fantasia (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang