😘
***
"Selir Yu, dari mana saja Anda?" tanya Selir Yuna ketika tak sengaja melihat Selir Yu dan beberapa pelayannya memasuki gerbang istana.
Wanita bermata sayu itu menghentikan langkahnya, menatap rombongan Selir Yura dengan senyum tipis lalu membungkuk hormat sesaat.
"Hormat hamba, Selir Yuna."
Selir Yuna menatap ke luar gerbang istana sebelum pintu raksasa itu benar-bebar ditutup oleh dua penjaga gerbang, yang menunjukkan lapangan luas berhektar-hektar, daerah pembatas antara istana kerajaan dan wilayah rakyat. Tidak ada hal menarik terjadi di sana, yang ada hanya kekosongan desir pasir yang dihempas angin. Selir Yuna kembali menatap Selir Yu yang kini tersenyum padanya.
"Anda melakukan blusukan lagi? Huh ... benar-benar rajin sekali dirimu merakyat. Apakah kau tidak takut terkena kudis mereka? Kalau aku, sih ... tidak akan melakukan pekerjaan menyedihkan itu."
Masih dengan ketenangannya, Selir Yu menjawab, "Karena Anda belum pernah mencobanya, Selir Yuna. Menurutku, berbagi adalah saat paling membahagiakan dalam hidupku. Kalau aku terus tinggal di istana, pada siapa aku berbagi? Kalian sudah memiliki harta berlebih, tidak mungkin, 'kan aku berbagi dengan orang-orang yang kelebihan muatan harta di dalam istananya?"
Selir Yuna memutar bola mata malas sambil mengibaskan tangannya ke udara.
"Terdengar menyedihkan!"
Tak sengaja, sesaat kemudian, ia menatap Permaisuri dan Dayang Im lewat tak jauh dari mereka. Tampaklah mata Selir Yu berbinar karena sosok yang ia khawatirkan telah melintas dengan keadaan sehat. Sepertinya, ia harus melakukan kunjungannya, berhubung istana Permaisuri tampaknya sudah dibuka, setelah sebelumnya sempat melakukan isolasi karena perbaikan struktur bangunan dan jalan-jalan karena kerusakan akibat pemberontakan beberapa saat yang lalu.
"Selir Yuna, sepertinya saya akan melakukan kunjungan ke istana permaisuri. Apakah Anda mau ikut?"
Selir Yuna menyipitkan mata. "Yang benar saja! Tidak. Itu adalah hal mustahil! Aku, 'kan, ada di pihak Selir Yuki. Untuk apa mengunjungi wanita penyihir seperti permaisuri?"
"Wanita penyihir?" Selir Yu mengerutkan kening heran. "Anda mendapat gosip dari mana lagi?"
Lagi-lagi, Selir Yuna memutar bola mata malas. "Itu fakta, Selir Yu! Anda tidak tahukah? Atau ... jangan-jangan Anda sudah terkena sihirnya. Hah!" Kedua mata Selir Yuna membulat kaget. "Apakah Anda sehat Selir Yu? Saya sangat khawatir!" Sambil memegang lengan lawan bicaranya.
Selir Yu hanya menggelengkan kepala seraya membalas tatapan khawatir itu dengan senyum lembut.
"Anda sangat lucu, Selir Yuna. Aku yakin, Permaisuri Aerin akan bahagia melihat tingkah Anda."
"Hah? Lelucon yang amat lucu! Aku ini serius, Selir Yu! Bagaimana dia bukan penyihir? Dia tenggelam di sungai kematian dan Anda tahu sendiri, 'kan? Sungai itu akan menghisap nyawa seseorang yang tercebur di dalamnya jika sebelumnya tidak melakukan ritual. Sekarang, Anda bisa melihat dengan kedua mata sendiri, wanita itu selamat dan bisa berjalan di atas bumi lagi!"
"Mungkin Permaisuri hanya beruntung," kilah Selir Yu yang langsung mendapat pelototan gratis dari sosok di depannya.
Tanpa sungkan, Selir Yuna langsung mencubit lengan lawan bicaranya. "Anda itu, dibilangin malah ngeyel!"
Selir Yu hanya bisa tersenyum tipis. "Ya sudahlah. Jadi, Anda mau ikut mengunjungi permaisuri atau tidak?"
Lantas Selir Yura menggeleng cepat. "Aku tidak mau diguna-guna sepertimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Fantasia (Revisi)
FantasyThe Queen of Fantasia (Revisi) #1 fiksisejarah 17-07-2020 FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! Menjadi idol populer, ternyata tak lekas membuat Lisa menjadi bahagia. Sebaliknya, berbagai rintangan yang telah ia lewati justru menjadi boomerang untuk kehidupan...