2. Ritual

1K 171 38
                                    


Pagi ini jeongyeon sudah berada di rumah tuan Kim untuk menggembalakan dombanya.

"Selamat pagi tuan kim!" sapa jeongyeon.

"Jeongyeon, apa yang kau lakukan disini?? kau berumur 25 tahun kan?? pergilah ke balai desa. Ada pengumuman untuk para pemuda!" perintah tuan Kim

"Eoh? pengumuman? baiklah, nanti aku kesini lagi tuan Kim." jeongyeon pun segera berlari ke arah balai desa.

"Jadi ritual turun temurun ini bertujuan untuk menghilangkan kegelapan yang ada di desa kita. Selama beratus ratus tahun belum ada yang berhasil mematahkan kutukan ini. Setiap dekade kami selalu berharap akan ada seseorang yang bisa mematahkannya. Untuk para peserta ritualnya adalah pria berumur 25 tahun, kalian yang berpartisipasi akan mendapat tunjangan untuk keluarga kalian. Jadi tidak perlu menghawatirkan keluarga kalian. Siapkan diri kalian dan buktikan kalau kalian yang terbaik dan pantas untuk mematahkan kutukan turun temurun ini. Lusa, berkumpulah di kastil yang ada di hutan utara. Dilarang membawa senjata apapun. Sekarang pulanglah dan bersiaplah untuk 2 hari lagi" saat jeong baru sampai, ia langsung mendengarkan hal yang di sampaikan oleh pak kepala desa.

"Ritual?? kastil??" pikir jeongueon.

"Wahhh banci gembala ada disini juga ya?? yang disuruh berkumpul hanya pria tulen saja kok hahahahah." ledek jungkook dan teman temannya.

"Kau tak perlu ikutlah, udah pasti langsung tak sadarkan diri begitu sekali dipukul hahahaha." ledek taehyung teman jungkook.

"Wah kalian sih udah pasti jadi juara yah, tapi apakah kalian siap menyakiti satu sama lain? kan peraturannya hanya 1 pemenang" jeongyeon dengan santai nya bertanya lalu meninggalkan ke 5 orang yang langsung saling bertatap tatapan bingung.

"Ini apa apaan sih, masa udah hari gini masih ada ritual ritual segala." gumam jeongyeon sambil kembali menuju rumah tuan Kim.

"Bagaimana jeong? ritualnya kapan?" tanya tuan kim begitu jeongyeon sampai.

"Lusa tuan kim." jawab jeongyeon sambil menggaruk garuk kepalanya.

"Wahh kalau begitu kau harus benar benar bersiap jeong." tuan Kim pun mengantisipasi jeongyeon.

"Ntahlah, aku tidak yakin tuan Kim" jeingyeon pun duduk di samping tuan Kim sambil menggaruk kepalanya.

"Tidak yakin apanya?" tuan kim pun bingung.

"Yaa tuan Kim kan tahu sendiri aku tak mungkin meninggalkan adik dan ibu ku." ucap jeongyeon terlihat tak nyaman.

"Ini ritual turun temurun jeongyeon, apapun keadaanmu kau harus tetap mengikutinya." ucap tuan Kim.

"Apakah ada cara supaya aku dapat pulang tanpa terluka?" tanya jeongyeon.

"Menurut yang aku tahu sih kalau tanpa terluka tidak mungkin, tapi banyak cara agar tetap selamat." jawab tuan kim.

"Memangnya apa yang akan dilakukan disana? saling membunuh?" jeongyeon pun sedikit bingung.

"Tidak membunuh juga, lebih ke melumpuhkan. Kalian akan di kumpulkan di halaman kastil dan akan saling berkelahi dengan tangan kosong. Siapapun yang bertahan akan diperbolehkan tinggal di dalam kastil untuk mematahkan kutukannya." tuan kim pun menjelaskan.

"Memang mematahkan kutukannya dengan cara apa?" tanya jeongyeon.

"Menumbuhkan sayap sang putri kegelapan" jawab tuan kim.

"Sayap? putri kegelapan?" tanya jeongyeon.

"Ntahlah, hanya itu yang aku tahu. Waktu itu aku masih 23 tahun jadi aku bebas dari ritual ini." tuan kim pun mengangkat bahunya.

La Neige NoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang