13. Stay

866 153 15
                                    


Saat ini Mina sedang bersandar di pundak Jeongyeon sambil sama sama menatap ke arah bunga bunga yang sangat indah. Dengan merdu suara gitar mengalun dari permainan tangan Jeongyeon. Membuat pagi itu menjadi sangat indah.

"Kau menanam bunga yang indah." Ucap Mina.

"Benarkah?" Jeongyeon pun mengamati bunga bunga di depan mereka.

"Hmm, aku sangat menyukainya" Mina beralih menatap jeongyeon.

"Waktu dulu, aku bertanya pada dahyun apa yang noona suka. Saat itu karna aku tak tahu harus apa, aku pun berencana menanam banyak bunga mawar karna dahyun bilang disini dulu penuh dengan bunga yang indah" Ucap Jeongyeon.

"Mengapa kau sangat manis yoo jeongyeon?" Mina tersenyum sambil memeluk lengan Jeongyeon.

"Aku tak pernah berusaha untuk melakukan hal hal manis. Aku hanya berusaha tulus untukmu" Ucap Jeongyeon yang kembali membuat Mina luluh.

"Aigoo, kau sangat pandai membuat wanita luluh" Puji Mina yang di sambut kekehan Jeongyeon.

"Aku tak pandai membuat wanita luluh. Aku hanya pandai membuat Myoui Mina luluh" Jeongyeon terkekeh.

"Berhentilah, kau akan membuat ku gila" Mina menepuk pundak Jeongyeon sambil menutup wajahnya yang sudah memerah.

"Hahahaha kiyowo" Jeongyeon terkekeh lalu mengusap pelan tengkuk Mina. Perlahan, ia memajukan wajahnya dan mencium bibir Mina lembut.

"Aku mau kau tidur dengan ku setiap malam." Pinta Mina saat ciuman mereka terlepas.

"Kalau aku tidur dengan noona setiap malam, noona takkan bisa tidur" Canda Jeongyeon.

"Itu tak masalah" Mina tertawa kecil.

"Dasar" Jeongyeon kembali terkekeh

.
.
.

Dua sejoli itu bak tak bisa dipisahkan. Jeongyeon selalu di samping Mina dan Mina selalu menempel dengan Jeongyeon. Hari itu, mereka banyak menghabiskan waktu berdua. Berlarian di taman kastil, duduk santai sambil bernyanyi, dan saat ini Mina sedang bersandar pada tubuh jeongyeon sambil membaca buku.

Jeongyeon hanya memperhatikan Mina yang sangat serius membaca. Ia hanya memeluk gadisnya dari belakang sambil mengelus elus rambut Mina. Sesekali jeongyeon menciun dan menghirup wangi rambut Mina yang memabukkannya.

"Kau sama sekali tak bisa diam ya?" Komentar Mina karna sedikit terganggu.

"Noona sangat sempurna, mana bisa aku hanya diam." Ucapan Jeongyeon membuat Mina menutup bukunya dan sedikit menengok sehingga wajahnya sangat dekat dengan Jeongyeon.

"Jeongyeon-ah" Panggil Mina.

"Hmm?" Sahut Jeongyeon.

"Saat aku pergi meninggalkanmu nanti, apa kau tak apa?" Tanya Mina.

"Apa maksud noona? tentu saja aku takkan baik baik saja. Semua itu pasti menyakitkan bahkan dengan hanya membayangkannya. Tapi, aku tak mau egois. Noona harus kembali. Noona harus pulang. Walaupun aku tersakiti, aku sangat mencintai noona dan aku mau noona bahagia." Jeongyeon mengeratkan pelukkannya.

"Tapi aku bahagia disini bersamamu" Mina membalikan badannya dan memeluk Jeongyeon.

"Noona tak bisa disini terus. Bagaimana pun juga noona harus pulang. Suga hyung-nim berpesan padaku untuk memulangkan noona dan aku akan menepati janji ku. Aku mencintai noona, dan aku yakin noona akan bahagia di khayangan walau tanpa aku." Jeongyeon menatap Mina dengan tulus sampai Mina pun tak kuasa menahan air matanya.

"Jeongyeon-ah..." Air matanya pun mulai berjatuhan.

"Kemarilah" Jeongyeon pun menarik Mina ke pelukannya. Mina menangis cukup lama saat itu. Pemikiran pemikiran akan kehilangan jeongyeon memenuhi kepalanya. Mina tak mau dan tak bisa. Ia hanya ingin bersama jeongyeonnya, selamanya.

La Neige NoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang