5. The Beginning of Love Story

1.1K 180 23
                                    

"Selamat makan" ucap jeonyeon sambil menyuap sarapannya. Sedangkan mina di depannya hanya fokus mulai memakan sarapannya tanpa mengeluarkan kata kata.

"Hmm ini sangat enak. Masakan bibi Shin selalu menakjubkan." Puji jeongyeon sambil tersenyum kagum.

"Biasa saja." Balas mina singkat.

"Jadi, apa yang akan nyonya mina lakukan hari ini?" tanya jeongyeon.

"Mengapa kau harus tahu?" Mina tak berniat menjawabnya.

"Ah, aku hanya bertanya." Jeongyeon pun tersenyum kikuk

"Kau selalu bertanya hal yang sama setiap pagi, apa kau benar benar peduli dengan hal yang ingin ku lakukan?" Tanya mina.

"Saya hanya memastikan nyonya tidak bosan." Jawab jeongyeon.

"Apa peduli mu kalau aku bosan? aku sudah bertahun tahun disini kau pikir aku tidak akan bosan?" Mina menatap jeongyeon dengan tatapan membunuh.

"Maaf, saya tak bermaksud." Jeongyeon pun membungkuk.

"Lupakan saja, lebih baik kau urusi saja pupuk mu itu" Kesal mina.

"Ahh, aku sudah selesai mengurusinya. Aku hanya akan menyiramnya setiap pagi sekarang" Jeongyeon pun tersenyum.

"Aku tak bertanya." Mina pun lanjut memakan makanannya

"Ahh aku kira anda ingin tahu." Jeongyeon pun tersenyum tipis sambil kembali memakan makanannya.

"Memang apa yang sedang kau tanam?" tanya mina.

"Apa sekarang nyonya ingin tahu?" tanya jeongyeon.

"Terserah." Mina pun kesal.

"Ahh, tidak tidak aku hanya bercanda hehehe. Aku menanam sesuatu yang indah, anda akan melihatnya sendiri nanti." Ucap jeongyeon sambil tersenyum pada mina.

"Aku sudah selesai." mina pun berdiri dan pergi dari ruang makan.

"Huftt dia tak seperti Sana. Aku bingung harus bagaimana." Gumam jeongyeon sambil berfikir bagaimana caranya dapat dekat dengan mina.

"Sudah selesai makanya tuan jeongyeon?" tanya Bibi Shin.

"Ahh ne bibi Shin sudah selesai. Terima kasih, makanan masakan bibi shin selalu enak!" puju jeongyeon sambil berdiri dari kursinya.

"Ahahaha tuan jeongyeon bisa saja." Bibi Shin pun terkekeh.

"Ah bibi, tolong panggil aku jeongyeon saja. Aku merasa aneh bila di panggil tuan hehehe" Jeongyeon pun menggaruk garuk kepalanya.

"Ahh baiklah jeongyeon.." Bibi Shin pun terkekeh.

"Kalau begitu aku ke atas dulu ya bi" jeongyeon pun pamit dan pergi menaiki tangga. Di tangga ia bertemu dengan Tuan Park.

"Selamat oagi tuan Park" sapa jeongyeon.

"Pagi, tuan jeongyeon. Apa anda sudah sarapan?" tanya tuan park.

"Sudah, baru saja selesai. Oh iya, tuan park tolong panggil saya jeongyeon saja ya. Supaya lebih santai hehehe." Pinta jeongyeon.

"Ahh baiklah jeongyeon.. Kalau begitu kau ingin kemana sekarang?" tanya tuan Park.

"Ahh aku akan keliling kastil saja hehehe." Jeongyeon menggaruk garuk kepalanya.

"Baiklah kalau begitu silaka. jeongyeon, aku duluan yaa" Tuan park pun pergi meninggalkan jeongyeon.

Jeongyeon pun berjala. menyusuri beberapa ruangan kastil yang cukup redup. Karna beberapa hari ia hanya berkelut di taman, ia sampai belum sempat ke ruangan ruangan yang di tunjukan dahyun waktu itu. Ia mengingat waktu itu dahyun menunjukan ruang musik. Jeongyeon pun menuju ke sana.

La Neige NoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang