Bukan hal yang mudah menerima sebuah kenyataan yang tak ingin kau percaya. Sebuah fakta yang menyakitiku, melemahkanku seiring berjalannya waktu.
Dia pergi. Atau, sebenarnya aku yang pergi.
Tidak terlalu penting bagiku siapa yang pergi. Kami berpisah. Fakta itulah yang paling menyakitiku. Kehilangannya seperti kehilangan oksigen, mustahil untukku bisa bertahan hidup.
Kupikir tidak akan ada ruang lagi untukku bernafas setelah kehilangan dia, tapi ternyata aku tetap hidup bagaimanapun juga. Aku bisa bertahan meski tidak utuh lagi. Rasanya seperti bernafas dengan udara yang tercemar. Tidak semenyenangkan bernafas oksigen sepenuhnya, tapi itu saja cukup untuk membuatku bertahan. Menyakitkan, tapi aku hidup.
Tapi ketika kupikir aku sudah dapat menerima semuanya. Ketika kupikir aku sudah bisa mengerti bahwa dia tidak mencintaiku lagi, bayangannya justru kembali. Kesempatan justru hadir lagi dihadapanku.
Mutia ragu saat memberitahuku tentang kesempatan itu-menurutnya, besar kemungkinan aku tidak akan peduli pada dia lagi. Tapi, Mutia salah. Sejak dulu aku tak pernah berhenti berharap kesempatan ini akan datang padaku. Kesempatan untuk hidup normal lagi.
Maka, aku memacu mobil secepat mungkin. Mencoba mengejar kesempatan yang tak ingin kusia-siakan.
----------------------------------------
cerita pertama saya, maaf kalau masih nggak jelas, banyak typo, atau kesalahan lainnya:)
cerita ini saya tag salah satunya dengan tag 'newmoon'. bagi penggemar twilight saga, maaf kalau ceritanya mirip dengan kisah vampir tersebut karna inspirasi terbesar saya ketika menulis cerita ini memang newmoon.
enjoy the story:) bintang dan komennya ditunggu:)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day You Left
Teen FictionBagi sebagian orang, perpisahan hanyalah masalah kecil. Kalaupun perpisahan itu menyakitkan, rasa sakit itu tidak akan bertahan lama; seperti jejak kaki di atas tanah, jejak itu terhapus saat hujan turun. Tapi bagaimana denganku yang terlanjur dala...