S2| 01-You are coming

269 22 5
                                    

Hai, Readers!

Sebelum ke cerita, aku mau bilang aku minta maaf karena menghilang nggak ada kabar karena aku harus melakukan beberapa pekerjaan yang lain. Aku juga berterima kasih kepada yang mau baca cerita ini.

I hope you like this story^^

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Jarum panjang jam dinding sudah menunjukkan pukul enam pagi tapi perempuan itu masih terbaring di kasur. Ia hanya tidak kuasa bergerak padahal banyak hal yang harus ia kerjakan hari ini. Sibuk di hari libur.

Kehidupan SMA sudah selesai, dua hari lalu ia sudah dinyatakan lulus. Sekarang, kehidupannya hanya tinggal dunia pekerjaan. Tetapi hanya sementara, sampai ia pergi untuk menimba ilmu lagi di perkuliahan.

Ia sudah mendaftar di beberapa universitas. Ia hanya tinggal menunggu hasilnya.

Beberapa detik kemudian, perempuan bernama Chitanda itu beranjak ke arah balkon. Sepertinya ia butuh menghirup udara segar yang untungnya masih tersisa untuk beberapa jam sebelum tercemar polusi.

Langitnya cerah membuat Chitanda tersenyum. Memang lebih baik jika mengawali hari dengan senyuman. Semoga hari ini berjalan baik.

Namun, tiba-tiba pandangan Chitanda terhenti pada mobil hitam yang terparkir di pekarangan rumah yang sudah lama kosong. Rumah yang persis berada di depan rumahnya.

Seketika banyak pertanyaan menggebu di kepala Chitanda. Apa benar dia kembali? Ataukah orang lain yang membeli rumah itu? Kalau dia kembali, dia akan mampir nggak, ya? Tapi yang paling penting, kenapa dia pulang?

"Wildan?"

Itu tidak benar, yang terpenting sekarang adalah memastikan apa benar dia Wildan. Chitanda berlari dari kamarnya menuju rumah itu.

Ketika sampai di depan pintu rumah itu, ia malah terdiam. Entahlah, sepertinya ia belum siap bertemu dengan Wildan. Akan tetapi, ia tetap memberanikan diri dan mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum!"

Tidak ada sahutan.

"Assalamu'alaikum! Wildan? Tante Rosa?"

Masih belum ada sahutan.

"Assalamu'alaikum!"

Tidak terdengar apapun dari dalam.

"Kok seperti nggak ada orang? Jadi, ini mobil siapa?"

Perempuan dengan masih mengenakan pakaian tidur itu mendekati mobil sedan hitam dan meneliti isi mobil itu. Kosong. Tak ada orang dan tak ada hal apapun yang menjadi tanda-tanda bahwa mobil ini milik Wildan.

Chitanda menghembuskan napas. "Kayaknya bener kalau gue kangen."

Semenjak mereka berpisah, Chitanda tidak pernah sedikitpun untuk melupakan sosok Wildan. Walaupun, ia tidak mendapat sedikitpun kabar tentang Wildan. Seperti apa Wildan sekarang?

Chitanda pun kembali ke rumah dengan pikirannya yang penuh. Sampai suara klakson mobil menyadarkannya.

Chitanda sadar mobil siapa itu. Mobil yang sudah sering terparkir di depan rumahnya. Lalu, pemilik mobil itu keluar dan menghampiri Chitanda.

"Sayang, kamu habis ngapain?" tanya lelaki itu pada Chitanda.

"Bukan apa-apa, kok. Tadi cuma nyari kucingku, si Celi."

Lelaki itu mengangguk.

"Yaudah, yuk masuk!"

Mereka pun masuk beriringan.

Selama ini, sudah banyak yang dilalui Chitanda. Chitanda juga tidak ingin hidupnya berhenti karena hal lalu. Dia sudah membuka hati untuk Aldi yang sejak kepergian Wildan, Aldi menjadi salah satu teman paling dekat yang Chitanda miliki.

Namun, apakah Aldi sudah menggantikan sepenuhnya posisi Wildan di hati Chitanda?

"Eh, nak Aldi udah datang," sapa mamanya Chitanda, Lusi.

"Assalamu'alaikum, Tante." Aldi menyalami Lusi dengan sopan.

"Wa'alaikumsalam," jawab Lusi. "Yaudah, Tante ke dapur dulu."

Aldi hanya mengangguk sopan.

"Kamu tunggu dulu, ya. Main-main aja sama Celi," ucap Chitanda seraya menunjuk Celi yang baru keluar dari dapur.

Ketika Chitanda sudah menghilang dari pandangan Aldi, Aldi menghampiri si kucing berbulu lebat itu. Aldi ingin menangkapnya. Namun, hanya angin-angin yang ia dapatkan karena Celi sudah pergi lebih dulu.

"Celi, lo kok nggak mau gue peluk, sih!"

Aldi hanya mengelus dada dengan sabar. Lalu, ia duduk di sofa dengan tenang seraya memainkan ponselnya.

Sudah lama menunggu, akhirnya Chitanda sudah siap untuk berangkat bersama kekasihnya. Mereka menaiki mobil milik Aldi.

"Oh iya, gimana rencana kamu waktu itu?" tanya Aldi seraya menyetir mobul.

"Semuanya udah clear, tinggal nunggu hasilnya aja."

"Semoga hasilnya adalah yang terbaik buat kamu."

"Makasih, Sayang."

Aldi tersenyum manis mendengar kata sayang dari Chitanda. Mereka sudah beberapa bulan menjalin hubungan tapi Aldi masih saja deg-degan dan malu-malu saat pacarnya bilang sayang.

Sementara Chitanda masih memikirkan mobil siapa yang terparkir di rumah Wildan. Tetapi jika memang Wildan pulang, apa mungkin Wildan akan menyapa dirinya?

Chitanda menatap pacarnya sekarang. Dia yang ada di hidup Chitanda saat ini. Bukan Wildan.

"Kenapa kehadirannya nggak bisa menghapus kamu di hatiku?" batin Chitanda.

Merasa ditatap, Aldi menoleh dan tersenyum. Chitanda hanya memasang senyum semanis mungkin lalu kembali menatap jalanan di depan.

Namun, Chitanda tiba-tiba membuka mata lebih lebar. Di depan sana, tepatnya di depan toko bunga ada seseorang yang baru keluar dari toko seraya membawa sebuket bunga. Itu dia, ternyata benar bahwa mobil hitam tadi milik Wildan Ananda Abraham.

"Dia beneran pulang?" gumam Chitanda yang terus menatap orang itu.

PHO Vs PHP [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang