Part 21

408 30 0
                                    

PS: Gimana kabarnya?

Kau tak pernah tau, seberapa kuat aku bertahan di sisimu.

Wildan Ananda Abraham


Sudah seminggu setelah OSN tingkat Kabupaten dilaksanakan. Hari ini adalah hari yang Chitanda tunggu-tunggu, yakni hari di mana ia mengetahui bahwa ia lolos atau tidak.

Kini selembar kertas pengumuman pemenang sudah ia dapatkan. Degup jantungnya semakin cepat. Ia mengucapkan basmalah beberapa kali sebelum membaca surat pengumunan tersebut.

Pada daftar teratas, ia tidak menemukan nama sekolahnya. Ia mulai khawatir. Matanya ia arahkan ke bawah lagi dengan jantung berdegub kencang. Seketika matanya membulat saat menemukan nama Chitanda Amelia Putri dengan posisi juara 1 di bidang biologi.

"Pak, ini ...." Chitanda tidak dapat berkata-kata. Dirinya seakan dibawa terbang. Alangkah bahagia dirinya. Usaha yang ia lakukan tetnyata tidak sia-sia. Setelah ini ia akan mengikuti seleksi tingkat provinsi.

Guru pembimbing yang ada di depan Chitanda tersenyum. "Iya, Chitanda. Kamu lolos. Bapak bangga jadi pembimbing kamu. Jadi mulai sekarang kamu harus lebih giat lagi. Karena perjalanan kamu belum selesai. Masih ada seleksi tingkat provinsi dan seleksi tingkat nasional."

Chitanda mengangguk. "Terima kasih, Pak. Saya nggak akan sia-siakan ini," ucapnya tersenyum semangat.

¤¤¤

Jam istirahat sudah tiba dan tempat yang paling ramai saat itu adalah kantin sekolah. Kantin sekolah adalah tempat bagi siswa-siswa untuk mengisi perutnya. Seperti ketiga gadis yang baru saja duduk di pojok kantin. Mereka akan memberi makan cacing-cacing yang sedari tadi berdemo di dalam perut mereka.

Riani sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika Chitanda lolos dan mendapat juara maka ia akan mentraktir Chitanda di kantin sekolah.

"Nih, gue traktir bubur ayam sama es teh manis kesukaan lo," ucap Riani seraya meletakkan nampan berisi dua mangkok bubur ayam dan dua gelas es teh manis.

"Makasih, Riani!" ucap Chitanda yang senang mendapat makanan gratis dari sahabatnya.

"Gue kok nggak ditraktir?" tanya Airi pada kembarannya yang menurutnya pilih kasih.

"Lo kan nggak menang apa-apa, Ai," jawab Riani.

"Gue kan menang cantik," pamer Airi seraya mengibaskan rambutnya.

"Cantikkan gue kali," sanggah Riani tidak terima.

Chitanda yang melihat itu memutar bola matanya malas. "Mulai deh, muka lo berdua kan sama, gimana sih. Udah, lebih baik lo berdua makan nanti keburu bel," nasihat Chitanda yang membuat Airi dan Riani patuh walaupun sempat terjadi tatap-tatapan sinis.

"Tau nggak, Kak Risa sama Kak Gerald putus?"

Terdengar suara perempuan yang sedang berbincang dengan temannya di meja depan Airi, Riani dan Chitanda. Mereka bertiga menyimak pembicaraan itu seraya menyantap makanan mereka.

"Tau dari mana lo?" tanya teman siswa itu.

"Yaelah udah kesebar kali. Foto mereka berdua aja udah dihapus di intagram masing-masing," jawab siswa itu dengan sedikit lebih nyaring. Sehingga Airi, Riani dan Chitanda bisa mendengarnya dengan jelas.

"Kok bisa putus?"

Siswa itu tertawa renyah, "Lo tau, 'kan yang dicap cewek PHO di sekolah kita itu siapa?" Siswa itu melirik sedikit ke arah Chitanda.

Teman siswa itu ikut melirik sebentar ke arah Chitanda lalu berkata, "pantes aja, ya. Ada PHO."

Rasanya ingin sekali Chitanda mengambil botol cabai lalu ia lempar ke arah kedua siswa di depannya itu. Ia kesal mendengar penuturan mereka. Mereka sembarangan menuduh orang lain. Padahal, Chitanda tidak tahu apa-apa tentang hubungan Risa dan Gerald. Namun, kenapa dirinya yang disalahkan.

Chitanda mendorong bangkunya ke belakang lalu berdiri. Hal itu mengundang perhatian kedua sahabatnya.

"Lo mau ke mana, Ta?"

Chitanda tidak menanggapi pertanyaan Airi. Ia segera pergi dari kantin. Ia sudah tidak betah berada di sana. Kalau ia terus berada di sana, yang ada adalah kedua tubuh siswa itu sudah berlumuran saos cabai.

Chitanda bukannya takut. Melainkan ia hanya tidak ingin ada yang terluka karena perbuatannya. Apalagi jika citranya di sekolah yang sudah hancur ini semakin hancur.

¤¤¤

Laki-laki bertubuh jakung itu tersenyum lega. Akhirnya, ia dapat menemukan seseorang yang ia cari. Seseorang itu sedang berbincang dengan seorang guru yang ia ketahui guru yang mengajar mata pelajaran biologi.

"Terima kasih, Pak."

Siswi yang mengenakan tas punggung merah jambu itu menerima pemberian dari seorang pak guru di depannya. Ia memeluk benda persegi panjang tebal itu.

"Ya sudah, bapak pulang dulu, ya," ucap pak guru.

Chitanda mengangguk. "Iya, silakan, Pak."

Setelah pak guru itu pergi, Chitanda membuka buku yang baru saja ia dapatkan. Ia terlihat bahagia sekali padahal ia hanya mendapat sebuah buku pelajaran.

Chitanda yang tengah asyik melihat-lihat isi buku itu, terkaget. Ada seseorang yang menepuk punggung kanannya.

"Chitanda, pulang bareng gue, ya," ujar orang itu yang sudah ada di hadapan Chitanda.

Chitanda hanya melirik cowok yang bernama Wildan itu. Lalu, ia menutup bukunya. "Gue bisa pulang sendiri,"ucapnya seraya beranjak dari tempatnya berdiri.

Wildan yang merasa tidak dihiraukan, menghampiri Chitanda.

"Salah gue apa sih sama lo, Chitanda? Kasih tau gue kenapa lo nggak suka sama gue!" Wildan menggenggam lengan Chitanda. Ia butuh penjelasan.

Alih-alih menjelaskan, Chitanda malah menatap Wildan tajam. "Seharusnya gue yang tanya itu ke lo. Salah gue apa? Skenario yang lo bikin itu maksudnya apa? Lo ngancam Risa buat nggak nyakitin gue lalu sekarang lo malah dekat sama dia." Chitanda sedikit menahan emosinya agar tidak berteriak.

Wildan menatap Chitanda dengan ketidakpahaman. "Lo cemburu?"

"Cemburu?!" Chitanda tidak habis pikir dengan Wildan. Setelah mendengar apa yang ia katakan, Wildan malah menganggapnya cemburu. Kalau ia tidak sadar bahwa ada beberapa siswa yang melihat mereka, ia akan memarahi Wildan sejadi-jadinya.

Chitanda menarik lengannya sampai terlepas dari genggaman Wildan. "Justru gara-gara skenario lo, gue jadi bahan gosip tau nggak? Gue yang dibilang sumber masalahnya. Lo bahkan nggak tau, 'kan kalau Risa dan Gerald putus?!"

Setelah mengucapkan itu, Chitanda berbalik lalu berlari meninggalkan Wildan.

Wildan masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Chitanda. Hubungan Risa dan Gerald putus? Skenario yang ia buat? Semuanya masih belum jelas baginya. Ia tidak pernah membuat skenario apapun dan rencana apapun. Hubungan Risa dan Gerald yang putus itu tidak ada hubungan dengan dirinya. Namun, mengapa Chitanda begitu marah padanya.

Wildan harus mencari tahu. Ia tidak bisa membiarkan Chitanda terus membencinya. Ia juga tidak mau Chitanda tersakiti seperti itu.

Seberapapun lo benci, gue nggak akan menyerah. Karena perasaan gue ke lo tetap lebih besar dari pada rasa benci lo ke gue.

Sti.

Konfliknya akan terus berlanjut.

See you!

PHO Vs PHP [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang