[ Sept - Shocking News ]

1.1K 238 396
                                    

Setiap pilihan pasti ada konsekuensinyadan aku tidak pernah menyesalatas segala pilihan hidupkuapapun konsekuensinya~Aerilyn Sasikirana Elvarette

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya
dan aku tidak pernah menyesal
atas segala pilihan hidupku
apapun konsekuensinya
~Aerilyn Sasikirana Elvarette

🎵 Backstreet Boys - The Perfect Fan

❄️❄️❄️

"Lo yakin mau langsung kerja?" Ino terlihat melirik sesaat ke arah Aeri. Saat ini keduanya berada dalam perjalanan dari apartemen Aeri menuju hotel tempat Aeri bekerja.

Ya, mereka baru sampai di Jakarta pagi ini setelah semalam bermalam karena tidak ada penerbangan malam menuju Jakarta. Mereka akhirnya menggunakan penerbangan paling pagi. Sesampainya di Jakarta, Ino pun numpang membersihkan diri di apartemen Aeri.

Biar efisien, Sy. Gue anter lo kerja sekalian gue ngantor.

Aeri hanya menghela napas. Membayangkan kalau Tuan Besar Gagnon tahu anak lelaki kebanggaannya lebih memilih pulang ke apartemen Aeri membuatnya ngeri. Namun, melihat raut lelah Ino membuatnya tidak tega.

"Gue nggak apa, No. Lagian, i need something to keep my mind busy."

"Permintaan Nyokap lo emang nggak masuk akal buat lo, tapi nggak ada salahnya mencoba memikirkan masa depan lo, Sy."

Aeri mendengus sebal. Ino ini menyebalkan sekali. Bisa-bisanya saat seperti ini malah membela Ibunya. "Ya tapi nggak nikah sama duda juga kali!"

Ingatan Aeri kembali ke saat semalam Ibunya dan Arash tiba-tiba datang ke hotel tempatnya menginap.

"Maaf karena Ibu nggak bisa membela kamu di depan Eyang putri. Kamu tahu betul kenapa Ibu tidak bisa bersikap seperti Budhe Dian," ucap Ibunya ketika meminta maaf tentang kejadian di rumah eyang putrinya.

"Hanya karena satu kesalahan masa lalu, apa Ibu harus pasrah dan tunduk dengan keegoisan eyang putri, Bu?" Gelengan lemah terlihat dari Ibunya. Praya –Ibu Aeri– menoleh ke arah Arash.

"Arash, ada sesuatu yang penting yang harus Ibu bicarakan dengan Aeri. Bisa tunggu Ibu di lobi?" Terlihat jelas ketidak setujuan di wajah Arash.

"Nggak, Bu! Terakhir kali Arash biarin Ibu ngomong sendiri dengan Mbak Aeri, Ibu harus dirawat di rumah sakit karena darah tinggi Ibu kumat." Aeri memejamkan mata. Adiknya ini, kenapa semua yang keluar dari mulutnya begitu menyebalkan.

"Ibu sakit bukan karena mbakmu, Le. Memang kondisi Ibu yang kurang sehat akhir-akhir ini."

Aeri yang melihat keduanya akhirnya menghela napas lelah. Ia mengambil ponsel, menghubungi dan meminta tolong Ino untuk membukakan pintu kamarnya di sebelah untuk Arash.

SOLICITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang