[ Dix - Stubborn Naren ]

1.1K 227 296
                                    

Kamu boleh melangkah mundur,sejauh apapun itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu boleh melangkah mundur,
sejauh apapun itu.
Aku yang akan melangkah maju,
memangkas jarak di antara kita.
~Narendra Rayyan Bhaskara

🎵 Honne - No song without you

❄️❄️❄️

"Saya menyukai kamu bahkan jauh sebelum kamu menyadari eksistensi saya di dunia ini."

Aeri masih terdiam setengah melamun mendengar ucapan Naren. Otaknya seolah menolak untuk memproses informasi yang baru saja diterimanya, pikirannya pun tiba-tiba saja kosong. Butuh keheningan yang mencekam selama beberapa menit, barulah Aeri bisa memahami maksud ucapan Naren. Ingatannya kembali pada cerita ibunya. Saat itu ibunya bercerita bahwa lelaki yang melamarnya tersebut sudah menyukai Aeri sejak lama. Persis seperti yang diucapkan Naren.

Oke, sekarang Aeri panik! Bagaimana bisa Naren yang baru dikenalnya sebulan lalu adalah orang yang menyukainya sejak lama. Kapan mereka bertemu? Kapan mereka kenal? Aeri mencoba menggali memorinya, tapi nihil. Aeri tidak pernah mengingat ada Naren mampir di kehidupannya.

"Ask me anything. Apapun yang ingin kamu ketahui," ucap Naren setelah sebelumnya berdeham. Dehaman yang mampu mengembalikan Aeri dari segala pemikirannya.

Aeri mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya agar tidak bereaksi berlebihan. "Bapak pernah kenal saya sebelumnya?" Suara Aeri terdengar lirih, seberapa besar pun usahanya untuk terlihat tenang, Aeri tidak bisa! Siapa yang bisa tenang setelah tahu ada seseorang yang menyukainya sejak lama, dan orang itu tidak ia kenal!

"Saya tahu kamu. Saya mengenal kamu. Sayangnya, hanya satu pihak. Saya nggak yakin, kamu mengingat saya."

Oke, Aeri semakin ngeri. Tangannya mulai bergetar. Sekuat tenaga Aeri mencoba mengendalikan rasa takut yang muncul di permukaan. Rasanya Aeri ingin menghilang saja saat ini. Meski mungkin seharusnya banyak yang ingin diketahuinya, tapi entah mengapa Aeri tidak ingin mendengar apapun cerita Naren tentang bagaimana lelaki itu bisa mengenal bahkan menyukainya.

"Baiklah." Aeri berdeham kecil –mencoba mengatasi suara yang terdengar bergetar– lalu kemudian memutuskan apa yang akan dikatakannya. "Saya menghargai perasaan Bapak. Tapi mohon maaf, saya tidak bisa menerima lamaran Bapak."

Raut wajah lelaki di hadapannya masih datar. Tidak ada raut kaget, tidak ada raut kecewa ataupun marah. Aneh. Aeri tidak yakin lelaki di hadapannya ini benar-benar menyukainya.

"Nggak ada lagi yang ingin kamu ketahui dari saya?"

Banyak!! Tapi gue nggak butuh itu.

Aeri menggeleng pelan sebagai jawaban. Senyum tipis terkembang di wajah Naren. Senyum yang beberapa minggu lalu sempat membuat Aeri terpukau, kini nampak begitu menakutkan. "Saya tahu kamu pasti akan menolak lamaran saya. Tetapi, bukankah seharusnya kamu memberi saya kesempatan. Kesempatan untuk kamu mengenal saya."

SOLICITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang