William sibuk membersihkan luka Federica, walau sesungguhnya hal itu sia-sia untuk manusia rubah. Namun, dia bersikukuh melakukan itu, seolah tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa anak angkatnya itu. Kematian Alice dan Jessica yang mengenaskan, masih membekas dan tidak bisa dilupakan begitu saja, hingga Federica muncul di rumah dengan darah yang telah mengering di tubuh kurusnya.
Beberapa kali pria tua menggerutu layaknya orang yang khawatir terhadap anak karena Federica tidak mau menunggunya di sekolah dan memilih pulang sendiri. Jika gadis berhidung lancip itu manusia biasa, mungkin William akan membiarkannya, tapi nyatanya tidak. Tewasnya dua vampir di Hobart tidak membuat Federica serta-merta aman begitu saja. Apalagi dia bukan gadis biasa, walau ramuan dari buku kuno telah membuatnya hidup seperti layaknya anak-anak remaja.
Gadis keras kepala itu mengembuskan napas sambil mendesis akibat cairan alkohol yang mengenai luka di lengan kirinya. Padahal Federica sudah menjelaskan hingga ratusan kali, bahwa luka di tubuhnya akan meregenerasi sendiri tanpa harus dibantu obat, akan tetapi William sama keras kepalanya. Mata hazelnya beralih melirik lelaki berkacamata yang memandangnya balik tanpa dosa, di samping kedua telinganya masih mendengar omelan William.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Federica dengan tatapan selidik. Suaranya sedikit meninggi dan mengintimidasi, William melirik agar Federica merendahkan suaranya sedikit. "Aku hanya bertanya padanya, William."
"Aku mendengar suara keributan saat melintasi daerah itu," jawab Ethan melipat kedua tangannya di dada.
"Alasan yang tak logis," dengkus Federica dengan mata menyipit tak percaya. "Kau mengikutiku?"
Ethan menggeleng cepat seraya tertawa. "Tidak. Untuk apa? Sungguh aku mendengar keributan dan ternyata kau di sana dengan vampir sialan itu."
"Sudahlah, Fed," lerai William sadar ketika omelannya diabaikan Federica. "Yang penting kau selamat." Tangan kanan lelaki itu menempelkan plester cokelat untuk menutupi luka di siku Federica.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Federica dengan nada tak suka, mengabaikan nasihat William. Bahkan dia tidak bisa melihat angka dan huruf yang mengitari tubuh lelaki itu, Federica mengumpat menyalahkan dirinya sendiri jika Ethan tahu siapa dirinya.
Ethan memutar bola matanya kesal, bosan dengan pertanyaan yang diajukan selalu sama. "Aku Ethan Harrison. Usia enam belas tahun, tidak suka belajar tapi berharap dapat nilai A. Apa kau puas?"
Refleks tangan kanan Federica melempar gunting ke arah Ethan karena kesal membuat William melotot ke arah gadis itu. Untung saja gunting keperakan yang dilemparnya mampu ditangkap dengan tangan kiri Ethan begitu sigap. Federica mengedikkan kedua bahu lalu berkata, "Dia membuatku jengkel. Aku bertanya dengan benar 'kan?"
"Dan aku menjawab dengan benar pula 'kan?" balas Ethan mengembalikan gunting itu kepada William. "Baiklah, Nona Yang Sangat Penasaran."
Kedua tangan yang menampakkan vena-vena yang begitu kentara itu melepas kacamata hitam bulat yang membingkai mata hitam dengan bulu mata lentik. Detik berikutnya, iris mata gelap Ethan berubah menjadi kuning keemasan yang begitu menyala, apalagi sinar senja membuat mata Ethan terlihat berkilauan.
Mulut Federica menganga lebar, bersamaan dengan aroma tubuh Ethan yang begitu khas di hidungnya. Aroma tubuh serigala dengan kabut abu-abu yang mengelilingi tubuh anak laki-laki itu kini terlihat sangat jelas. Tidak sampai di situ, Ethan pun menunjukkan tangan kirinya yang mendadak tumbuh bulu-bulu yang serupa dengan warna kabut di tubuhnya. Federica pun tersenyum kagum.
"Sekarang tanpa kuberitahu, kau sudah tahu siapa aku 'kan?" tanya Ethan, memasang kembali kacamatanya. Iris mata laki-laki itu kembali berubah menjadi kehitaman dengan aroma tubuh yang kembali tersamar. "Dan sekarang aku bertanya, siapa kau?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood Queen (END)
Fantasy#PEMENANG WATTYS 2020 KATEGORI PARANORMAL🎉 Bangkitnya Stella Rogers sebagai klan terakhir rubah merah berdarah campuran membuat para vampir berlomba-lomba memiliki darah Sang Half Blood. Meski telah mengganti nama, mengubah warna iris mata, hing...