Satu

5.4K 497 179
                                    

⊡ Alternative Universe ⊡

Naruhina Fanfiction

Mature [21+]
Harap pembaca bijak

Genre: Romance Metropolis.

Tolong Etika dipakai terkait ilustrasi yang ada di dalam fanfiksi ini, Terima kasih.

🌵🌵🌵🌵

         Ingar bingar musik begitu memekakkan telinga, namun entah kenapa tidak memengaruhi orang-orang yang saat ini sedang menggoyangkan setiap lekuk tubuhnya. Tawa rendah, bujuk rayu, samar-samar melintas, membaur dengan irama yang berlangsung.

         Di meja bartender tampak beberapa pekerja seks nan cantik-cantik sedang berupaya berdemonstrasi guna memperkenalkan daya tariknya masing-masing. Jika saling cocok, maka interaksi mereka berlanjut ke kamar khusus yang telah disediakan tempat hiburan tersebut.

         Adapula berani terang-terangan mempertontonkan aksi vulgarnya dalam menyenangkan sasaran, mengangkat dengan percaya diri jemari lentik mereka untuk meraba-raba titik tabu di tubuh si calon pelanggan.

         "Tuan, waktuku habis. Kau bisa melanjutkannya dengan rekanku yang lain. Jangan lupakan tipku ya," ucap si wanita sembari membelai rahang tegas si pria yang sebenarnya tak lagi kencang.

          "Hei, kau harus tetap di sini. Akan kubayar lebih, oke?! Aku suka denganmu."

          "Maaf Tuan, aku tidak bisa. Ini sudah lewat jam dua belas. Jika mau, kau boleh kembali padaku besok. Akan kuberi pelayanan lebih bila kau juga loyal, aku suka uang. Kau tahu 'kan?" Bisiknya sembari meniup telinga si pria paruh baya.

          Alkohol mengambil sepertiga kesadarannya, dia sampai sempoyongan begitu. Bahkan pandangnya turut mengabur, barangkali diserang kantuk dan lelah. Di situasi sekian, dia tiada lagi menganggap bahwa iringan musik EDM itu mengasyikkan seperti semestinya. Sungguh dia pusing bukan main, kelopak matanya mengerjap-ngerjap mencari jalan yang kini terasa sesak akibat kerumunan pengunjung.

            Usai melewati keramaian di lantai dansa, bertubrukan dengan pundak-pundak kokoh buaya-buaya dari berbagai kalangan, dia pun tiba di ruang tunggu dengan kelegaan di embusan napasnya. Buru-buru dia menjatuhkan bokongnya ke sofa, mengambil sebatang nikotin dari kotak yang terletak di permukaan meja.

            Pemantik menyala, dalam sekejap asap mengepul dari mulut serta hidungnya. Lebih baik dia rasakan, kala panas dari zat adiktif tersebut sedikit demi sedikit mampu mengurangi efek pendar.

            "Hidup macam apa ini? Aku butuh pria kaya yang sanggup melemparku dengan sekoper uang." Impian wanita malam di tengah-tengah minusnya lingkungan yang dia pilih, tidak jua memutuskan asa atas fitrahnya sebagai manusia berakal.

            Baru beberapa detik meregangkan tubuhnya di sofa empuk itu, pintu ruangan kembali terbuka menampakkan sosok wanita dengan pakaian glamornya, Hinata melirik sekilas wanita itu kemudian mendengus.

            "Mei, aku belum punya uang. Percuma kau menagihnya sekarang," tanggap Hinata cepat sembari mengekori pergerakan Terumi. Wanita ini berdiri tegak, menyilang lengan-lengannya ke dada di hadapan Hinata.

           "Aku punya tawaran bagus untuk melunasi semua hutangmu, jika kau mau."

           Kontan Hinata mengernyit, namun tak menghentikan isapan bibirnya pada pangkal batang nikotin. "Aku tidak percaya sebelum melihatnya langsung Mei, sugar daddy? Duda kesepian? CEO hidung belang? Siapa kali ini?" Asap rokok itu mengepul, sedikit menyebar ke muka Mei Terumi hingga tangannya refleks mengipas ke udara.

EX- BitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang