Empat

2.6K 384 187
                                    

⊡ Alternative Universe ⊡

Naruhina Fanfiction

Mature [21+]
Harap pembaca bijak

Genre: Romance Metropolis.

Tolong Etika dipakai terkait ilustrasi yang ada di dalam fanfiksi ini, Terima kasih.

🌵🌵🌵🌵

             Binar suka cita kentara terbias dari mutiara kelabu Hinata kala mengamati pantulan dirinya dari cermin setinggi badannya. Berputar ke kanan ke kiri hanya untuk memastikan tak ada bagian kecil yang terlewat dari decak kekaguman, dia menyeringai puas.

            "Anda jadi lebih cantik sekarang, model rambut ini sangat cocok untuk perawakan wanita seperti Anda," puji staf salon yang kini turut menilai Hinata tanpa melepas pandangnya dari cermin.

           "Aku sempat ragu memotongnya, bagaimanapun juga rambut adalah kebanggaan utama bagiku. Aku sengaja memanjangkannya hingga ke pinggang agar mempermudah keinginanku untuk mengubahnya ke dalam berbagai gaya. Tapi, setelah melihat hasilnya sendiri──kurasa pikiranku tak lagi sama."

             "Anda kelihatan makin segar dan muda, gaun silver ini juga pantas sekali di tubuh Anda."

             "Kau terus memujiku ya, apakah aku memang secantik itu sekarang?"

             "Tentu, Anda sudah mengetahuinya langsung 'kan?"

             "Ya, dalam hal ini aku cukup berterimakasih kepada pria sombong itu. Meski awalnya kesal, kurasa sarannya ini berdampak bagus buatku."

             "Dia--kekasih Anda?"

             "Bukan, aku tidak akan sudi menyebutnya begitu. Lagi pula, perempuan mana yang bisa tahan dengan ..."

              "Kau pikir waktuku semurah itu untuk orang semacam dirimu? Kapan kau selesai?!" Tahu-tahu Ryusuke muncul membawa kekesalan di rautnya. "Dua menit kau tidak keluar, jangan harap aku bisa berbaik hati lagi!" Lalu, dia keluar meninggalkan dengkusan jemu nan berat.

              "Pria itu--"

              "Ah, dia hanya pengawal si pria sombong." Entah kenapa Hinata merasa menang usai mengucapkan kalimat ini. Sikap permusuhan, bahasa ketus yang kerap dia terima dari si pria berparas cantik itu tak ayal sering memancing emosi Hinata. Jika Devianaru berhasil mempermainkan nyalinya,

              Maka Ryusuke sungguh mahir menguras kesabarannya. "Terima kasih atas kerja kerasmu, permisi." Sedikit menundukkan kepala sembari mengulas seringai tipis, Hinata coba melangkah anggun meninggalkan ruangan yang telah lima jam disinggahinya.

                 "Kau benar-benar tidak tahu diri! Aku memperingatimu agar kau harus siap sebelum aku datang, kau tidak sepenting itu untuk membuatku menunggu!" Nyatanya Ryusuke tak jua puas sama kata-kata sarkasme semula, hingga ketika Hinata masuk ke mobil, dia mengulang makiannya.

                "Aku tidak memintamu menunggu."

                "Brengsek!" Tangannya terkepal, Ryusuke tidak setenang Devianaru dalam menahan amarah. "Apa perlu kupertegas posisimu di sini, perempuan?" Tatapan mendominasi penuh kebencian dilayangkannya tepat di muka Hinata, "Dia memungutmu dari tempat kotor karena terpaksa. Kau bukan wanita yang patut mengangkat dagu atau merasa tinggi di sini.

                ──Bila kau ingin tahu kenapa aku masih berusaha mengalah padamu, itu hanya demi menjaga kepercayaannya terhadapku! Sekali lagi kuingatkan, kau tidak diizinkan untuk semena-mena." Deram mesin mengaung, dini Ryusuke menepuk jok di belakang kemudi pertanda bagi sang sopir untuk segera melaju.

EX- BitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang