Keenam🍫

429 82 40
                                    

TW⚠️
Mature content
Abusive
(Lebih baik tidak dibaca untuk pembaca yang berusia di bawah 18 tahun. Adegan ini lebih parah dari yang sebelumnya, yang nulis lagi stress. Ini bentuk luapan emosi, isinya jadi fucked up)

Untuk doa yang tidak pernah selesai.

Amin.
———————

"Get on your knee," laki-laki itu menyambut kekasihnya yang baru saja meletakkan sepatunya di rak. "Minta maaf"

Regina masih heran dengan kata minta maaf yang dimaksud. Minta maaf untuk apa?

Bukannya seharusnya laki-laki itu yang minta maaf? Maaf kan diperuntukan orang yang ingin dimaafkan karena berbuat salah atau hal yang gak wajar.

Berbohong ke kekasihnya sendiri bukan masalah besar, cewek itu takut. Makanya berbohong, minta maaf itu hal yang aneh baginya. Kalau Jevian bersikap biasa aja sama semua hal yang Regina lakukan, dia gak akan seperti itu kok.

Kali ini Regina melengos melewati Jevian, ia tidak menggubris kalimat perintah yang keluar dari mulut laki-lakinya itu. Regina sibuk melepaskan pakaiannya yang kotor karena sempat tergeletak di tanah becek venue.

Ia bercermin dan melihat wajahnya sudah babak belur. Ujung bibirnya sudah diberi obat merah dan masih terpampang bekas lukanya. Regina memegang pipi bekas tamparan dengan hati-hati.

"Regina!" Suara itu kembali mengisi ruang kosong apartemen. "Make sure you will get on your knee and asked for apologize!"

Lagi-lagi, cewek itu menutup telinganya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Jevian yang geram melangkahkan kakinya mendekat dan menarik paksa gelas yang sedang diteguk oleh Regina.

Gelas itu kemudian dihempas tepat di depan kaki Regina. Gelas kaca utuh itu kini telah menjadi kaca-kaca yang berserakan.

Regina hanya melihat beling yang melukai kakinya dengan tatapan kosong, masih belum mau bereaksi.

Jevian mulai naik pitam dan berkacak pinggang menunggu Regina mengangkat suaranya. Mereka berpandang-pandangan selama satu menit. Gak ada reaksi apapun.

Laki-laki itu kemudian memajukan badannya dan melandaskan bibirnya ke bibir sang puannya. Tangan kanannya mengelus tengkuk dan tangan lainnya diletakkan di pinggang kekasihnya, menarik badannya untuk makin menyatu.

He started to ruining his lips and didn't give a chance for her to take some breath nor gasped for air.

"J-j" she mumbled, he could taste fresh blood from the corner of her lips.

Cewek itu kesakitan karena lukanya yang belum kering sudah terkoyak kembali karena ulah kekasihnya.

"Say sorry" ucap Jevian di tengah-tengah pekerjaannya. Kekasihnya, masih saja diam dan memilih untuk mengambil nafas dengan terengah-engah.

Regina kembali disudutkan dengan tubuh Jevian, kakinya menginjak beberapa serpihan kaca yang masih belum dibersihkan. Ia kesakitan namun harus menahan semuanya.

"Babe, please? I beg you to say sorry..." jemari Jevian mulai mengelus perlahan wajah Regina. Matanya seperti disayukan seperti meminta dengan ekspresi menyedihkan. Regina terpojok, badannya terhimpit di sudut dapur, sekelilingnya hanya dinding dan meja pantry setinggi pinggangnya.

Kakinya gemetaran, Jevian yang menyadarinya mengambil momen itu dengan menekuk satu lututnya menendang kedua kaki Regina.

Salah satu lengannya menekan pundak kekasihnya untuk bersimpuh di hadapannya. Regina berakhir berlutut total di depan Jevian. Kakinya sudah tidak mampu untuk bertahan menahan rasa sakit.

Chocolate🍫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang