Ketujuh🍫

402 71 7
                                    

Untuk doa yang tidak pernah selesai.

Amin.
———————

"Kenapa pak?" Tanya Wira yang menyadarkan lamunan Brian.

Hari ini Dina Enam berkumpul di studio untuk latihan. Minggu depan ada jadwal manggung, sekaligus Brian ingin menebus kesalahannya kemarin yang tiba-tiba hilang.

"Pusing ya?" Tanyanya lagi yang gak kunjung mendapatkan jawaban. "Nih, panadol." Wira menyodorkan obat pusing yang isi stripnya bolong bolong.

"Thanks, gak apa-apa kok." Brian menolak dan berdiri mengambil bassnya dari stand.

"Ayana?"

Yang ditanya malah memetik senar bassnya.

"Woy!"

"Ayan...a" ucap brian, memberi jawaban yang direspon anggukan mengerti dari Wira.

Ayan...a

———

"Hari ini bisa pulang lebih cepet, Yan?"

"I'll try. Kenapa?" Brian mengoles rotinya dengan selai kacang. Lalu ia melahapnya lebar.

"Lagi pengen..."

Oh, not again, please?

"Ayana... aku capek banget."

"Oh? Capek?" Ayana menghentikan kegiatannya yang sedang memotong apel.

"Kamu bilang kita simbiosis mutualisme. Kita sama-sama butuh consent untuk melakukan 'itu' aku pikir kamu ngerti?"

"Sejak kapan 'consent' jadi alasan kamu untuk menutupi rasa bosan?" Cewek itu berkacak pinggang. Bola matanya menusuk pandangan Brian yang sama kesalnya.

"Kok bosan? Aku gak pernah bosan!" Brian menarik nafas, "harusnya kamu yang sadar diri kalau kamu yang bosan sama aku dan obatnya cuma 'itu' kita bisa gak sih hidup layaknya pasangan kebanyakan?"

Ayana melangkah maju mendekati Brian. Suasana dapur pagi ini sangat panas. Mereka berdua sebenarnya jarang berantem hebat karena sama-sama sibuk. Sewaktu ada waktu lengang jadi begini.

"Bukannya kamu," Ayana menenkan dada Brian dengan jari telunjuknya "udah tau kalau aku bosan?"

Matanya berkaca-kaca, diikuti dengan Brian yang mengepalkan tangannya untuk menahan amarah.

"Bukannya kamu sendiri yang ngemis ke aku untuk hidup bareng kamu?" Ayana tersenyum mengejek, "cuih pasangan kebanyakan. Gak sudi."

Brian menahan tubuh Ayana untuk gak pergi meninggalkannya. Ia memeluknya erat dan menangis di pundak Ayana.

I don't know why, I don't know why
You make me suffer
I don't know why, I don't know why
Sky blue turned red when I saw you
Is it love, fate, or hate?
I don't know why, I don't know how

Dina Enam - IDK

"Iya, aku pulang cepet hari ini..." Brian mengalah. "Ya, aku pulang cepet hari ini..." ia memejamkan mata, mengalah.

—————

"Pulang duluan boleh gak, Sur?"

"Hah? Apaan?" Surya menghentikan kegiatannya yang sibuk memetik gitar.

"Balik. Gue mau balik." Ucap Brian lesu.

"Sakit lo?"

Brian menjawab dengan mengangkat pundaknya. Surya bingung dengan jawaban itu.

Chocolate🍫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang