Kedelapan🍫

415 64 10
                                    

TW //
Explicit Language
Violence
Torture

NOTA BENE:
Aku mohon dengan sangat kalau kalian masih di bawah 18 tahun, hapus cerita ini dari library kalian.
Terus baca work aku yang Bee & Gee. Please take it as serious note for you guys. Aku gak mau bikin dosa kalian bertambah. Terima kasih!

Untuk doa yang tidak pernah selesai.

Amin.
———————
"D-dion..." Regina terbata di ujung telfon yang terhubung ke sahabatnya—Dion.

"Ya sist? Ada apose?"

"B-bisa j-j..." cewek itu masih terbata dan mengecilkan volume suaranya. "Jemput gue..."

"Hah? Lo kenapa sayang? Dipukulin lagi?"

"..." yang terdengar hanya suara nafas berat Regina dan merintih kesakitan atas memar di tubuhnya akibat ulah Jevian.

"Ok, gue otw. Jev udah tidur?" Baru saja Dion bertanya soal Jevian, sahabatnya sudah memutuskan sambungan telfon. Ia segera bergegas mengendarai mobilnya menuju apartement Regina.

Please, hang in there.

—————

"Regina nelfon siapa sayang?" Jevian muncul di hadapan Regina mengintimidasi. Ia baru selesai mandi, menyisakan basah di ujung-ujung rambut. Harum tubuhnya menyengat indera penciuman Regina. Terkadang wewangian itu memabukkan, terkadang mematikan.

Regina menggeleng kuat, menjawab pertanyaan Jevian. Tidak percaya, Jevian merampas paksa hp milik kekasihnya. Ia mengakses hp tersebut dan melihat recent call dari hp Regina.

"Dion?" Jevian segera menelfonnya kembali menggunakan hp Regina.

"Halo? Iya sister, gue lagi di jalan... gue ngebut nih. Bentar ya say."

Salah, salah banget Dion.

Jevian mengangkat satu alisnya meminta penjelasan dari Regina. Kekasihnya itu malah menggeleng kuat dan menitihkan air mata deras.

Cowok itu memutuskan sambungan telfon dan melempar hp Regina asal. Ia beranjak ke kasur, dimana Regina duduk. Tubuh Regina mulai gemetaran kembali.

"Kenapa Dion lagi di jalan dan ngebut? Dia mau apa?" Tanya Jevian sembari mengangkat dagu Regina kasar.

Cewek itu masih belum mau membuka mulutnya. Ia hanya menggeleng agar tangan Jevian terlepas dari dagunya. Namun nihil, tenaga Jevian sangat besar.

"Regina... aduh. Aku harus ngapain ya?" Cowok itu memijat keningnya frustasi.

Kemudian jari jemari yang tadinya mengangkat dagu Regina sekarang berhasil pindah ke tengkuk Regina. Kemudian tangannya merambat ke kepala Regina. Jevian menjambak rambut Regina kuat.

"C-can you please... stop?" Regina menatap manik mata Jevian memohon. Air mata gak berhenti menetes membasahi pipi Regina. Hanya tenaga itu yang bisa ia keluarkan untuk meminta Jevian menghentikan semuanya.

"Gi, I won't hurt you really. Look at me, I love you." Jevian mengecup bibir Regina dan melepas jambakannya. Kemudian ia mengelus pipi Regina perlahan. "Oh? I'm so sorry for making these scars. I didn't mean it, sayang." Cowok itu melandaskan bibirnya di pucuk kepala Regina.

Regina menangis kencang, kencang sekali. Dirinya bingung karena terjebak di situasi aneh ini. I don't know but Jevian is shit.

"Telfon Dion ya, sayang? Bilang kamu gak apa-apa. Ok?" Jevian berjalan mengambil hp Regina yang tadi sempat ia lempar. Untungnya masih bisa hidup dan berfungsi normal.

Chocolate🍫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang