"Mark? Lo pucat! Gak papa?"
"Hah?"
"Muka lo? Pucat bener buset"
"Gua gak papa, jaemin gimana?"
Jeno menggelengkan kepalanya
"Nggak tau, terakhir sih disini, tapi dia sengaja kek nya, supaya kita gak ngikutin dia sampai tujuan"
"Anjir lah"
Jeno dari tadi mencoba menelpon jaemin, tapi satu pun tidak dijawab
"Coba gua yang nelpon jaemin, siapa tau nomor lo udah diblokir"
"Siapa?"
"Lami mana?"
"Ada sama gua, dia baik, lo boleh pergi"
Dan telpon dimatikan sepihak oleh jaemin
"Yaudah balik aja, lagian jaemin gak bakalan aneh aneh sama lami"
"Gua gak percaya, gua yakin dia pasti ada sesuatu sama lami"
"Lo gak kasian sama Misel? Gua dari tadi udah ditelpon sama Rachel"
Mark menghela nafas ksar
"Yaudah, kita pulang aja"
"Percaya sama jaemin, lami gak bakalan kenapa napa kok"
///
Lami masih diam, memikirkan cara keluar dari rumah ini, badan dia gak memungkinkan harus keluar sendiri, setidaknya dia harus menelpon seseorang untuk membantunya pergi dari sini
"Jae"
"Hmm? Kenapa sayang?"
Lami bergidik ngeri, tatapan jaemin lembut tapi kesan tajam masih tetap ada
"Sekarang jam berapa?"
"Jam 11 siang"
"Ini daerah mana sih? Kok sejuk banget cuacanya?"
"Rumah lama aku"
Ini saatnya lami harus memikirkan caranya
"Jae, aku haus, minta es dong"
"Mau es apa?"
"Es pokoknya"
"Bentar, aku keluar"
Saat jaemin keluar, lami bersusah paya mengambil ponsel nya yang berada di meja sebrang tempat tidurnya
"Panggilan terakhir dari mark, apa kirim pesan dia aja?"
Message
Mark! Cepat jemput aku dirumah lama jaemin!
Kalo udh sampe, kamu kirim pesan 'Lami' gitu
Nanti aku bakal suruh jaemin keluar, baru kamu masuk!
Pesan terkirim
Lami langsung menaruh kembali ponselnya di meja nakas
Jaemin tepat baru kembali dari luar kamar
"Es jeruk gak papa? Nggak ada es lain sayang"
Lami mengangguk kecil, dirinya memang kehausan, dan butuh penyegar agar tidak terbawa emosi terus saat melihat jaemin
"Kamu mau makan?"
Lami memanfaatkan kesempatan ini
"Belum, kalo aku laper nanti bilang kok"
Jaemin ngangguk lalu ngelus kepala lami
"Aku sayang kamu"
Jaemin duduk lagi dilantai, dan merakit lagi sesuatu
Lami menatap jaemin bergidik ngeri, jaemin itu benar benar seperti orang yang menakutkan
Selagi menunggu balasan dari Mark yang tidak pasti, Lami hanya bisa memandang dalam kamar yang luas ini
"Maksud rumah lama itu apa jae?"
Jaemin menoleh, lalu tersenyum
"Dulu, ayah, bunda, Rachel sama aku tinggal disini, semenjak aku kecelakaan dan bunda donorin organ tubuhnya ke aku, ayah sama rachel berubah"
"Rachel bilang, aku pembunuh, katanya kenapa gak aku aja yang mati, bukan bunda"
"Sejak itu, ayah gak peduli sama aku, sama rachel juga, ayah seakan anggap aku sama rachel anak tiri"
"Kalo rachel ada bilang sesuatu ke kamu, itu benar"
Jaemin kembali merakit mainan nya
Lami terdiam, rachel pernah bilang sesuatu sama dia, jaemin juga pernah bilang
Lami mengulum bibirnya, ada rasa kasihan juga pada jaemin
Jaemin itu anak yang baik, lami yakin itu, tapi perlakuan ayah dan rachel membuat dia menjadi seorang psycho seperti ini
Jaemin butuh kasih sayang, dia udah lama gak dapetin kasih sayang itu, dan lami menjadi seseorang yang jaemin inginkan
Lami merasa jaemin bukan orang jahat, dia hanya orang baik yang tersakiti
Meh(//・_・//)
Aku kiyowo, aku diam
-Na Ganteng Jaemin
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopath | Na Jaemin [END]
Nouvelles[COMPLETED] "Jadi pacar saya atau tangan kamu patah" "Saya cium atau rambut kamu lepas dari tempatnya" jaehcho