"Ini kenapa malah berisik sih? Katanya mau jemput dad, uncle sama auntie"
"Sini mom bantuin pake celananya"
Selesai mengurus anak kembarnya, perempuan itu kembali memasukkan beberapa makanan dan minuman si kembar ke dalam tas nya
"Siap?"
"Go!"
Mereka bertiga meninggalkan area parkir apertemen tersebut
"Gak sabar ketemu ceh Misel"
"Kakak! Bukan ceceh!"
"Terserah Fano dong!"
"Ceceh itu buat orang cina! Dibilangin kok terserah sih?"
"Tau dari mana emang?"
"Mom yang bilang, ya kan mom?"
"Iya sayang"
Setelah perdebatan kecil tapi panjang itu selesai, tepat mereka juga sudah sampai di bandara
Perempuan itu menggenggam tangan kecil kedua anaknya
"Mana dad, uncle sama auntie?"
Perempuan itu menelpon Siyeon
Belum saja tersambung, tapi Misel sudah keliatan berlari ke arah mereka
"AHHH STEFA TWINS! MISS YOU SO MUCH"
Misel, Stefany dan Stefano masih asik berpelukkan, sedangkan tiga orang dewasa lainnya baru sampai
"Lami, kangen bener sama lo, gimana kabarnya? Kangen sama si kembar juga"
"Baik kok, si kembar juga pasti kangen, kamu sama Haechan kapan nyusul"
Siyeon langsung menggetok kepala lami
"Mulut lu"
"Kan aku nanya bener, maksudnya kalian kapan nih ngasih undangan?"
"Heh! Lu juga kapan ngasih undangan, php mulu ama abang gua"
Lami tersenyum kecil
"Aku sama kak mark gak ada hubungan apa pun kok, lagian aku udah anggap kak mark kek kakak aku"
Mark masih menggendong si kembar, satu dipunggung dan satu di depan
"Abang gua padahal masih setia ama lu"
Lami mengulum bibirnya, ada perasaan tidak enak jika berdekatan atau membahas perihal hubungan nya dengan kak mark yang disayangkan oleh orang lain
"Udah, omongan gua gak usah dimasukin dalam hati, gua cuman nanya doang, kali aja lo berubah pikiran, tapi kalau cuman anggep kakak gua juga kakak gak masalah"
"Udah, tinggal aku kasih pola, sini keringin dulu"
Misel dan fani masih asik merawat kuku kecil mereka, sedangkan fano memperhatikan mark dan Haechan yang asik bermain playstation
"Dad, pengen coba"
"Sini dad ajarin"
Fano duduk didepan mark, lalu perlahan belajar cara bermain game tersebut
"Liat noh abang gua ngajarin virus baru ke anak lu"
Lami menggeleng pelan, kalau fano udah tau cara main itu, pasti seharian bakal ngadepin tv mulu
"Mi, ada bunyi bel"
"Emang iya?"
"Iya, sana coba liat, biar makanannya gua siapin"
Lami berjalan pelan, area ruang tamu sepi, karena semua orang berada di area ruang tengah dan dapur
"Sia—?"
Lami lemah, pegangannya pada gagang pintu semakin kuat agar tubuhnya tidak tumbang
Selama empat tahun tidak bertemu dengan pria ini, membuat lami sedikit tenang
"Selamat siang, lami"
Na Jaemin, pria itu kembali datang ke hadapan lami, pria berkaca mata, berkemeja putih dan berjas abu abu itu membuat wanita pasti akan jatuh hati dalam sekejap
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Gak kuat, ganteng nya kebangetan, hikd)
Fani yang sedang mencari ibunya untuk menunjukkan hasil mengecat kuku nya bersama Misel juga terkejut
"Itu siapa mom?"
Lami terkejut, fani dengan perlahan memeluk kaki lami, fakta bahwa fani anak yang pemalu jika bertemu dengan orang baru
Jaemin berjongkok, menyamakan tingginya dengan anak perempuan tersebut
"Kamu cantik, Stefany"
Lami makin gemetaran, aura jaemin masih sama, menakutkan sekaligus penuh misteri
Jaemin bangkit dari jongkok nya
"Saya cuman mau memberi ini, saya harap kamu datang, bersama anak kamu yang kembar"