41

4K 542 55
                                    

"Lami? Kamu gak papa?"

Lami mengerjapkan matanya, di sekeliling nya ada Mark, Yeri, Jeno dan Jaemin.

Ntah bagaimana Jaemin ada disini, tapi lami merasa sedikit aneh, begitulah berbeda, maksudnya Jaemin menatapnya dalam diam, namun seakan akan menghipnotis Lami dalam tatapannya, membuat lami bergidik ngeri

Lami benar benar membenci ini, tapi keadaannya tidak memungkinkan, bahkan untuk berbicara sepatah kata saja rasanya perih

"Aku mau pulang" ucap Lami pelan

Lebih baik dirinya tidak usah kembali ke sini, ke tempat dimana dia merasa akan kembali tergoncang dengan segala kejadian mengerikan

Termasuk tragedi penculikan itu

"Perempuan itu, dimana dia?" tanya Lami

Lami hampir saja melupakan sosok perempuan yang membantunya keluar dari rumah pengap itu

"Perempuan mana?" tanya Yeri panik

Lami mengerjapkan matanya, dia tidak salah ingat kan? Maksud nya dia pikir mereka pasti tau perempuan mana yang disebutkan Lami

"Perempuan yang nyelamatin aku dari penculikan itu" ucap Lami

Mark kembali menatap Yeri, sedangkan Yeri hanya menggeleng pelan dengan pandangan bingung

"Maksud kamu penculikan apa? Kamu pingsan dirumah, sepertinya capek mengurusi rumah kan? Kamu tenang aja, Rachel kok yang ngurusin anak kamu, ada Siyeon juga ikut" jawab Yeri

Lami mengerutkan keningnya, pingsan dirumah? Maksudnya? Jelas jelas dia di culik dari Minju lalu disekap dirumah kosong dan ada perempuan asing menolongnya

"Aku? Pingsan?" tanya Lami bingung

Pintu ruangan terbuka, ada Rachel yang menggendong Fani dan tangan kirinya menuntun Fano

"Mom" lirih fani lalu memeluk lami

"Mom, are you okey?" tanya fano

Lami mengangguk sebentar, pandangannya menatap sekeliling, tidak ada yang mencurigakan, kecuali jaemin. Laki laki itu masih menatap nya dengan pandangan gelap dan menakutkan.

"Euhm, apa aku boleh pulang hari ini? Maksud ku ke rumah asli ku?" tanya Lami

"Rumah? Sepertinya belum, kau belum pulih"

Fano dan fani memeluk lami, menangis tersedu sedu, setelah sekian jam tidak melihat ibu nya karena dirumah sakit, akhirnya bisa ditemukan disini

"Hei jangan nangis lagi, anak mama gak boleh cengeng" lirih lami sambil mengelus kepala fano dan mencium kening fani

"Aku rasa lami butuh waktu untuk anaknya, ayo keluar" ucap Yeri sambil keluar dari ruangan, di ikuti Mark, Rachel dan Jeno

Meninggalkan lami bersama anak kembarnya dan tentu saja masih ada jaemin di ujung ruangan menatapnya

"Jaemin? Kenapa masih disana? Ayo keluar" panggil Jeno

"Aku ingin bicara sebentar dengan lami" ucap Jaemin

Fano menatap sinis jaemin, menghapus air mata yang keluar lalu keluar dari ruangan

"Fano!" seru Lami

"Uncle kacamata, jaga mom bentar, aku mau sama fano" ucap fani sambil melenggang keluar mencari fano yang sudah keluar duluan

"Kamu gak papa? Maaf bikin kamu gak nyaman tadi, aku beneran ngantuk jagain kamu disini sambil nunggu yang lain antrian jagain kamu" 

Lami menyeringit bingung, maksudnya kenapa semuanya jadi berubah, bukankah...?

"Kata mama, kamu pingsan dirumah selesai berbelanja pakaian di butik, makanya mama panik dan nelpon aku, ternyata kamu anemia, Minju juga disini tadi, tapi jam kerjanya udah mulai lagi jadi dia gak sempat kesini lagi, mungkin sore nanti"

"Jadi itu mimpi atau khayalan?" tanya Lami lirih

Kembali Jaemin bingung, mimpi apa?

"Bukan, maksud aku aku pingsan berapa lama?" 

"Kurang lebih siang kemarin, oh iya gimana kamu sekarang? Sebenarnya kalo kamu udah kuat boleh rawat jalan kok"

Lami menangis, jiwa nya terasa terguncang, semuanya seperti baik baik saja, tidak seperti yang ia alami, rasanya benar benar seperti dipermainkan oleh takdir

"Kamu kenapa nangis? Mau aku panggilkan anak kamu? Atau kak Mark?" tanya Jaemin panik

Lami menatap wajah Jaemin lalu kembali menangis

"Kenapa nggak kamu? Harusnya kamu yang nenangin aku disini, bukan malah manggil fano sama fani, apalagi manggil kak Mark" teriak Lami

Mark dan Rachel langsung masuk ke ruangan, terlihat Lami menangis di brankar, sedangkan Jaemin menatap aneh dalam diamnya

Tapi Mark sadar, pembicaraannya kemarin dengan Jaemin sampai sekarang masih membuatnya terpikirkan, apalagi Lami secara terang terangan menyebutkan Jaemin seperti itu.

"Jaemin kita perlu bicara, sisanya temenin Lami dulu"

Dan segera Mark menarik tangan Jaemin sembari menjauhi Lami yang makin terisak.

Psycopath | Na Jaemin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang