Sudah seminggu berada disini membuat rasa kangen lami pada mami nya sudah terbayarkan
Dan juga jaemin, setiap hari ia akan datang kerumah, menyapa minju, berbicara sebentar, lalu pergi, mungkin bekerja, dari gaya pakaiannya untuk pekerja kantoran
Lami iri, sudah jelas jaemin tau lami ada disini, bahkan untuk menyapa dirinya, ah tidak, bahkan untuk menoleh saja tidak mau, seolah olah jaemin tidak mengingat nya, atau sedang proses melupakannya mungkin?
Padahal jaemin datang ke apertemennya, memberi nya undangan pernikahan, bukankah artinya dia ingat?
"Lami! Fani udah tidur, mau di pindahin?"
"Dipindahin ju, makasih udah mau jaga fani"
Lami menggendong fani, bertepatan dengan itu jaemin datang menenteng tas kerjanya dan kantong plastik berisi makanan
"Minju! Ini pesanan kamu"
"Makasih jaemin, hehe, tau aja aku pengen ini"
Lami tetap berjalan, membiarkan pasangan itu berduaan di ruang tamu
"Eh, kamu tunggu sebentar"
Lami berhenti, badannya kaku, jaemin memanggilnya
"Kenapa?"
"Ini, buat si kembar, eh? Stefany udah tidur?"
"I—iya, makasih ya jaemin"
Lami mengambil bungkusan itu, tangannya bergetar
Jaemin tersenyum lalu kembali menghadap minju dan berbicara berdua
Tanpa memperdulikan lami yang hampir menangis karena ulah jaemin
///
"Fano! Mama kamu mana? Ada orang datang"
Fano berlari ke arah belakang, tentu saja lami sedang membawa dua botol susu untuk si kembar
"Mom, kata uncle yang pakai kacamata, ada orang datang"
Lami menyeringit, siapa uncle berkacamata yang dimaksud fano? Siapa orang yang mau menemui nya?
Saat diruang tamu, ada Siyeon, Haechan dan Misel yang sedang menunggu lami —sepertinya—
"FANO! KANGEN"
Siyeon pernah bilang, bahwa Misel pernah berangan angan ingin menjadi pacar fano, alasan utamanya adalah fano ganteng
Lami menolak keras, anaknya baru tiga tahun, sedangkan Misel sudah delapan tahun, mereka masih kecil, khususnya fano
"Iyaaa, fano juga kangen sama teteh"
Misel mengerjapkan matanya bahagia
"AAAA, PANGGILAN SAYANG FANO KE MISEL"
Haechan ketawa, Siyeon bengong, lami pengen marah
Pasti ini ajaran Haechan, mark mana peduli
"Ssstttt! Fani lagi tidur, jangan ribut"
Padahal jarak kamar dan ruang tamu cukup jauh, bukan seperti apertemen nya dulu yang dekat sehingga langsung kedengaran
"Kenapa kesini?"
"Nganterin Misel, kangen ama calon pacar katanya"
Siyeon langsung ninju lengan Haechan
"Sakit beb"
"Makan tuh bebeb"
"Bentar ya aku taruh botol susu si kembar"
"Eh lami"
"Kenapa yeon?"
"Jaemin tiap hari kesini?"
"Iya, nemuin minju, kenapa?"
Lami tersenyum getir
"Maaf banget ya mi, gua lupa bilang, jaemin sama minju katanya bakalan nikahan"
"Iya udah tau, udah ngasih undangan juga kok"
"SERIUS?!"
"Tante Siyeon! Kata mama nya fano kan jangan berisik, tadi aku teriak aja dimarahin"
Siyeon tidak mempedulikan perkataan Misel, dia lebih kaget dengan undangan itu
"Jaemin ngasih lo undangan?"
"Iya, pas di apertemen dulu, sekitar seminggu yang lalu lah"
"Kapan ngasih?"
"Pas kalian dateng, yang aku nyambut tamu, jaemin datang nganterin"
Siyeon menyeringit kesal
"Chan! Ngaku lo kan yang ngasih tau?!"
"Apa sih? Ngasih tau apaan?"
"Masalah jaemin lah?! Apalagi coba?"
Haechan menggeleng, dia terlalu malas ikut campur urusan wanita, apalagi ada Siyeon, beuh, minggir deh dia
"Terus siapa?"
"Mana gua tau lah"
"Emang masalah apa yeon?"
"Tapi jangan kaget, ntar lo kaget, kasian anak lu"
"Ya makanya apaan?"
Siyeon menggigit bibir bawahnya, lalu membisikkan sesuatu pada lami
"Jaemin od, makanya di rehab, trus amnesia permanen"
Seketika pertahanan lami runtuh dan menangis pelan
Pandangan lami menatap jaemin yang duduk disamping minju, membuat jaemin juga berbalik menatapnya
Jadi? Bener tebakan aku? Haha;)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.