•5|TENTANG•

419 65 24
                                    

•Happy Reading•
.
.
.

Tentang sebuah rasa yang masih sama.
Tentang sebuah perjalanan cinta yang merubah hidup.

Ini bukan tentang rasa ataupun cinta. Tapi, ini tentang fisik, jiwa, dan mental seseorang.

Selepas Jungkook menelepon, ia kembali menemui Lisa yang sedang menunggunya. Tapi sebelum itu ia mengetikkan sebuah pesan singkat kepada seseorang.

J. Jungkook.
Ikuti gadis itu.
Aku sudah melacak tempatnya.
Dia di ×××
Aku curiga, kalau ada hal buruk yang
akan terjadi.
(Read)

“Maaf lama menunggu,” ujarnya sembari mendudukkan dirinya di samping gadis yang berambut panjang terikat itu.

“Jadi? Apa yang akan kita lakukan?” tanya Lisa sambil tersenyum manis pada laki-laki yang ada di sampingnya ini.

“Terserah apa mau mu,” ucap Jungkook.

***

“Dulu Irene dan Seulgi, sekarang Lisa,” gumamnya.

“Oh--andai saja aku memiliki sayap,” gurauan yang---tidak masuk akal.

Firasat buruk menghampiri otak gadis yang mengenakan sweater putih itu.

Tidak, ia segera menepis pikiran tersebut. Hanya tinggal beberapa meter saja, ia akan sampai di rumah.

Sebelum itu, saat ia berjalan sedari tadi. Ia mendengar suara langkah kaki yang mengikuti dirinya. Sekitar 6 menit langkah kaki itu mengikuti dirinya, tapi sekarang suara nya lenyap.

Nayeon sudah berada di depan pintu utama, dan bersyukur nya tidak terkunci.

Melangkah'kan kakinya, menyiapkan mental, serta fisik saat masuk ke rumah ini.

Menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia membuka pintu dan ia berjalan, dan betapa terkejutnya ia melihat pemandangan itu lagi.

“Untuk apa kau menyuruh ku pulang? Kalau kau saja sudah membuat mental ku seperti ini,” batinnya menangis.

Sangat!

Sangat benci!

Jungkook menyadari bahwa Nayeon kembali, tampak biasa saja.

“Mari kita lanjut'kan,” ucapnya dan kembali mencumbui Lisa.

Di atas sana. Nayeon saat ini tidak di kamar. Melainkan ia berada di rooftop rumah ini. Ia harus membersihkan otaknya dulu, sebelum ia tidur.

Membiarkan angin malam, menerpa wajahnya. Membuat anak rambut nya beterbangan. Kala angin itu berhembus, memori nya kembali ke masa beberapa bulan yang lalu.

Dimana ia dan Jungkook tertawa bersama, saling mencintai sampai hal ini terjadi, membuat jiwa nya terganggu dan bersyukur ia belum di nyatakan gila.

“Ini bukan tentang siapa yang salah dan siapa yang benar,” monolognya.

“Ini tentang sebuah mental, jiwa, dan fisik seseorang yang sudah tidak lagi dimiliki,” lanjutnya.

My Husband's Psychopathic Penance[End]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang