•9|KILL•

404 59 13
                                    

Selamat Membaca

Cerita MHPP

Sementara menunggu ending LWMB baca MHIAP dulu:)

Semburat masa kelam waktu ia kecil menghampiri dirinya. Tidak, ia tidak siap untuk kehilangan orang yang ia sayangi.

“Ayah ikut aku, aku tidak bisa membiarkan ayah sendiri di rumah ini,” tutur Jungkook sambil membantu ayahnya untuk berdiri dan membawanya ke mobil.

“Ayah gak apa-apa, cuma ayah saja yang teledor. Asal membuka pintu pada orang,” ucapnya.

“Gak! Ayah harus ikut!” ucapnya tegas.

Bagaimanapun bejatnya seorang ayah, tidak mungkin Jungkook merelakan nyawa salah seorang yang ia sayangi melayang begitu saja.

Terlebih, keadaannya sekarang lebih parah. Dengan perusahaan di tangan seorang munafik, ia harus memutar otak untuk merebut itu semua.

Ia tidak segan-segan untuk membunuh siapapun yang berani mengusik anggota keluarga nya. Terlebih pada kedua orang itu. Ayah dan Nayeon. Ia sangat sensitif jika sudah bersangkutan dengan Nayeon dan ayahnya.

“Baiklah ayah ikut,” putusnya kemudian mereka berdua pulang ke rumah.

🔰

“Bangsat lo! Anjir kalah 'kan,” teriak Jimin yang sedang bermain game online di ponsel pintar nya bersama dengan Suga.

“Bodo' emang gue peduli?” celetuk Irene.

“Argh! Si anjir goblok semua,” geram Jimin.

“WOI! Ribut lo bangsat!” geram Irene sambil melempar bantal sofa ke Jimin dan--

“Kyopta! Kena lo tai!” kesal Irene. Pasalnya Jimin terlalu ribut untuk sekedar bermain game.

“Coba aja lo anteng-anteng kek bang Suga, gak gue timpuk lo,” tuturnya sambil bersedekap dada.

“Lah emang gue peduli? Tutup telinga lo, kalau gak kau denger gue ribut!” geram Jimin yang bangkit menghadap Irene.

Irene bangkit, “Budeg! Gue dah tutup, tapi suara lo tuh kek toa masjid bangunin orang-orang buat sahur!” balas Irene.

“Ribut terooss! Gue jodohin lo berdua tau rasa lo,” ucap Suga berteriak.

“Gak akan!” balas mereka berdua serentak.

“Kalian tuh jodoh, jawabnya aja samaan,” tutur Nayeon sambil terkekeh melihat kucing dan tikus versi manusia.

“Gak akan!” ucap mereka bersamaan lagi.

“Benci bisa jadi cinta,” savage.

Mereka diam. Mau menjawab apa? Benar, terkadang benci itu bisa menjadi cinta yang datang karena sering bersama.

“Diem 'kan lo?!” sungut Nayeon.

“Btw, ada yang pencet bel tuh, bukain dong,” tutur Jimin.

My Husband's Psychopathic Penance[End]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang