Enchanted - 03

87 19 27
                                    

Happy Reading!

- it's you,
because no one else make sense. -

Segala tingkah tidak biasa Ayna terekam jelas oleh retina Rahma. Mulai dari mata gadis itu yang tak bisa beralih dari Dikama, gerak badan yang terlihat kaku, dan walaupun tidak se bawel Rahma namun Ayna tidak se pendiam ini. Rahma tersenyum jahil sambil menatap Ayna yang belum mengalihkan tatapan nya dari Dikama yang sedang mengambil minuman.

"Selera lo kayak Kama ternyata, tinggi juga."

Ayna spontan menoleh pada Rahma,
"Ngawur lo."

Tawa Rahma pecah saat mendengar suara Ayna yang gugup.

"Ngaku aja kali, mau di bantuin nggak?"

Ayna menghela napas,
"Jangan aneh-aneh deh, Ma."

Rahma lagi-lagi tertawa. Ah, Ayna ini masih saja gengsi. Padahal dia juga tidak berusaha menutupi rasa kagumnya. Buktinya Rahma bisa menyadari itu.

"Dia cowok itu, yang gue lihat waktu kita ke fakultas ilkom." Info Ayna, ia tahu pasti Rahma lupa.

Rahma mengerutkan kening nya,
"Kapan? Kita kesana kan udah dua kali."

"Yang pertama kali. Waktu-

"Oh! yang lo liatin kayak lagi liat permata mahal nan berharga itu?"

Ayna tertawa kecil mendengar ucapan Rahma,
"Emang segitunya?"

Rahma mengangguk pasti,
"Segitunya, Na. Nggak beda jauh sama tatapan lo ke dia tadi."

"Demi apa? Duh kalau dia nyadar gimana dong?" Panik Ayna, gadis itu menggigit bibir bawahnya sambil menatap Rahma.

"Yang lain pada asik ngobrol kok, tenang aja." Jawab Rahma.

Sedikit cerita, salah satu alasan Ayna suka dan nyaman berteman dekat dengan Rahma karena ini. Gadis berkulit sawo matang ini sangat pandai menenangkan orang lain, ia juga sangat perhatian dan selalu menolong jika ia mampu.

"Minum dulu, Rahma."
Rafan datang dengan dua gelas di tangan nya dan salah satu ia berikan pada Rahma.

Pipi Rahma memerah saat ia menerima gelas itu,
"Eh, makasih loh, Fan hehe."

Ayna menunduk menatap gelas berisi cairan orange yang di sodorkan di hadapan nya, lalu matanya teralihkan pada orang yang memberikan,
"Orange juice?"

"Thankyou."
Ayna mengambil gelas itu dan tersenyum pada Dikama yang dibalas dengan anggukan.

"Lo masih lama disini, Pan?" Tanya Dikama.

Rafan mendecak,
"Jangan panggil Apan didepan mereka dong, malu gue."

Ayna dan Rahma tertawa,
"Santai aja kali, Pan."

Rafan menggeleng,
"Rahma nggak boleh ikut-ikut manggil gitu ih."

"Yah, kok nggak boleh? padahal lucu." Balas Rahma dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

"Eh jangan sedih dong, yaudah boleh deh."

Ayna terkekeh melihat interaksi Rahma dan Rafan. Tanpa menyadari Dikama yang menoleh untuk melihat tawa gadis itu, lalu beberapa saat kemudian kembali memalingkan wajah nya.

"Gue udah mau balik, Pan." Ujar Dikama membuat Rahma dan Rafan yang sedang bercanda menoleh.

"Pas banget! Ayna juga mau pulang, soalnya kostan dia nggak boleh pulang malam."

Ayna menatap Rahma dengan kening yang dikerutkan, perasaan gue belum bilang mau pulang?

"Kalian bareng aja gimana? bahaya kalau Ayna naik gojek malam-malam gini." Usul Rahma pada Dikama.

Enchanted Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang