Chapter 1 : The Punishment

99 3 1
                                    

#1 The Punishment

"Dikau mengerti apa yang menjadi aturan para penyihir? Tiga kalimat tersebut telah menjadi prinsip kepada seluruh penyihir di dunia. Barang mungkin dikau tak mengingatnya." Tanya salah satu dari tiga orang yang mengenakan jubah berwarna abu-abu yang menutupi hampir seluruh tubuh mereka. Nada suaranya begitu dingin, berat, dan bermartabat. Tak ada seulas senyum pun di bibir pucat mereka.

Mereka bertiga tengah menghukum seorang gadis berambut panjang sepaha dikucir kuda. Dengan lutut kanan yang ditekuk menyentuh lantai, membiarkan lutut kirinya tertekuk dan menjadi tumpuan telapak tangan kirinya yang berkeringat dingin. Kepalanya menunduk menekuri lantai berwarna biru gelap dan menghadap ke arah tiga orang berjubah di depannya — para penghulu penyihir. Suasana diantara mereka benar-benar serius dan nyaris membuat siapa pun tercekik dengan udaranya. Gadis berambut pirang keperakan itu bahkan tidak bisa menelan ludah dengan mudah. "Ya, Yang Mulia. Daku mengerti dan masih mengukirnya dalam jiwaku."

"Lantas coba ucapkan ketiga peraturan tersebut." Perintah penyihir kedua — yang berada di tengah — terdengar lebih serak dibanding yang lainnya.

Gadis itu, Julia, mengingat peraturan itu sesaat sebelum mengucapkannya dengan lantang walau sedikit bergetar. Ia pun baru saja mengetahui bahwa kerongkongannya kering. "Pertama, sihir senantiasa dipergunakan untuk kebaikan umat manusia dan makhluk hidup lain. Kedua, menggunakan sihir dengan semena-mena akan mendapatkan hukuman berat. Ketiga, menggunakan sihir semata-mata karena perasaan adalah hal terlarang."

"Lantas mengapa dikau melanggar ketiga kalimat tersebut? Dikau kehilangan jiwa yang terukir tiga asas itu?" Kini penghulu penyihir yang pertama yang bertanya. Pertanyaan itu memojokkan Julia sehingga ia tak sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya.

"D-daku tergelapkan oleh kemarahan. Daku benar-benar bersalah. Jika daku diberikan kesempatan kembali oleh kebaikan Yang Mulia, daku tidak akan mengulangi hal yang sama. Mohon ampuni daku." Pinta Julia dengan suara yang bergetar. Ia benar-benar ketakutan sekarang. Kulitnya nyaris menjadi biru karena saking pucatnya. Peredaran darahnya seakan-akan bergerak ke bawah mengikuti gravitasi.

Keheningan terjadi cukup lama dan sangatlah cukup untuk Julia kehilangan harapannya untuk mendapatkan ampunan dari salah satu penghulu penyihir. Tubuh Julia tersentak ketika mendengar suara sepatu yang mendekat ke arahnya. Suara kecil tersebut menggema ke sepenjuru ruangan yang lengang — tak ada orang lain selain mereka berempat disana. Salah satu dari penghulu penyihir itu menghampirinya, namun Julia tidak tahu penghulu penyihir mana yang mendekatinya. Jika ia beruntung, hukuman yang akan diterimanya akan cukup mudah, sebab setiap penghulu penyihir mewakili masing-masing satu jenis hukuman.

Penghulu penyihir yang pertama, Alriest Charldhest, penghukumannya berupa pengasingan di dunia manusia tanpa bekal apa pun. Hukuman ini akan menghilang jika pendosa tersebut benar-benar menemukan arti dari dua kehidupan dengan cara mereka sendiri. Penghulu penyihir yang kedua, Lurroix Sherth. Penghukumannya berupa pengabdian klan yang mengharuskan si pelanggar untuk selalu patuh dengan menggunakan sihir. Itu adalah penghukuman yang paling kejam, sebab sangat sulit untuk melawan sihir kepatuhan itu sendiri. Bahkan jika penghulu penyihir itu menyuruh si Pendosa untuk menggorok lehernya sendiri menggunakan garpu hingga lehernya putus, si Pendosa tetap akan melakukannya hingga pendosa tersebut meregang nyawa atau diperintahkan untuk melakukan hal lain oleh penghulu penyihir. 

Dan yang terakhir, penghulu penyihir ketiga, Aerlf Rolste. Penghukumannya berupa kutukan boneka, yaitu menjadi boneka ketika matahari berlayar dan kembali menjadi manusia ketika malam menyingkirkannya. Penghukumannya akan berakhir ketika kesalahan yang dibuat telah tuntas seperti sedia kala. Inilah yang paling berat. Sebab Julia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika dirinya mendapatkan Aerlf berdiri dihadapannya sekarang?

The Doll in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang