"Kalo bukan karena wasiat kakek, aku tidak akan menikahimu, Hyanggi. Mianhae."- Min Yoongi.
"Om, maafkan aku. Terima kasih atas segalanya."- Kim Hyanggi.
Dan akhirnya kisah cinta beda usia itu akan segera dimulai dari sekarang. Akankah bisa bertah...
Waktu menunjukkan pukul enam tepat. Waktu dimana segala aktivitas mulai dilakukan, mulai ramai, dan mulai berisik. Beberapa orang bersiap pergi bekerja. Beberapa hanya melakukan aktivitas rutin di jam tersebut, memasak hingga olahraga misalnya. Atau bermimpi.
Yap, bagaimanapun juga bermimpi merupakan aktivitas.
Seperti pasangan suami-istri yang tinggal di lantai tiga sebuah apartemen. Siapa lagi kalau bukan Yoongi dan Hyanggi. Mereka masih saja terlelap dalam aktivitas masing-masing, meskipun alarm ponsel Hyanggi telah berbunyi berkali-kali.
"Ck, lima menit lagii, Ma!" Hyanggi tampak mengigau.
Hyanggi terlihat nyaman dalam tidurnya kali ini. Tanpa rasa khawatir, panik, ataupun takut. Ia bahkan semakin memeluk erat bantal guling di sampingnya. Namun setelah meremas beberapa kali bantal gulingnya, ada sedikit keanehankeanehan yang ia rasakan.
"Aku tidak ingat punya bantal guling sekeras ini dan ... sebesar ini," lirih gadis itu.
"Baunya juga mirip bau badan papa ketika tidak mandi dua hari." Usai mengendus beberapa kali, Hyanggi kembali meremas bantal gulingnya.
"Ck, appo! Jangan sentuh-sentuh belly-ku, hm!" Mata terpejam Hyanggi langsung terbuka lebar begitu menangkap suara nge-bas khas pria di sebelahnya. "Tunggu dulu, jangan bilang yang aku peluk ..."
Hyanggi sedikit mendongakkan wajah untuk memeriksa yang dipeluknya betulan guling atau manusia.
.
.
.
Demi sempak Jimin! Dari semalam aku memeluk om pedo?!!. Sergah Hyanggi dalam hati.
Hyanggi melepas pelukannya dan bergeser menjauh. Pikiran gadis itu mulai travelling kemana-mana. Gadis itu meraba-raba tubuhnya dari atas hingga bawah kemudian mengucap puji syukur karena ia masih memakai pakaiannya dengan utuh.
"Tapi kenapa?!" Hyanggi bertanya-tanya dan kemudian sempat bernostalgia. "Tidak, tidak!!"
Ingat atau tidak, Hyanggi tidak ingin tau tentang kejadian tadi malam. Tidak ingin dan tidak akan. Itu hanya akan membuat dirinya merasa malu.
Tak lama Yoongi mulai meregangkan kedua lengannya dan bangun. Terduduk diatas tempat tidur sambil sesekali menguap lebar. "Loh, kau di sini?"
Hyanggi tidak menjawab dan hanya menatap Yoongi. Gadis itu tampaknya masih dengan pikiran semrawutnya sendiri.
"Kenapa menatapku begitu? Memang aku baru saja berbuat dosa atau apa?" Walau bertanya demikian sebenarnya Yoongi tidak terlalu mempedulikannya. Hanya tak habis pikir Hyanggi berada di kamarnya pagi-pagi begini. Tumben sekali.
Tapi tunggu. Ini terlalu janggal untuk dibilang 'tumben sekali' bukan? Sekali lagi Yoongi melirik ke arah gadis itu dan mencoba bertanya dengan hati-hati. "Hei, apakah kita–,"
"–aakkh! Tidak tau, kau ingat-ingat saja sendiri!!" bentak Hyanggi sambil tergesa-gesa pergi dari kamar Yoongi.
Merasa belum mendapat jawaban. Yoongi mulai menggaruk kepala kebingungan. Sambil berusaha mendapatkan ingatannya yang hilang. Tidak sampai beberapa menit pria pucat itupun mendapatkan ingatannya kembali. Ingatan kejadian tadi malam ketika dirinya mabuk.
.
.
___
Pagi itu kejadian besar yang tidak akan terlupakan telah dialami Yoongi dan Hyanggi. Meski terlihat sepele tapi untuk gadis SMA itu, ini merupakan sesuatu yang fatal. Ia bahkan tidak pernah merasakan tidur sambil memeluk ayah atau kakek kecuali ibunya. Tapi sejak semalam hingga pagi datang ia tidur satu selimut dengan Yoongi. Bahkan mungkin memeluknya sepanjang malam.
Sebuah kejadian besar pastinya memiliki dampak yang besar juga. Bukan hanya Hyanggi di sini yang kena mental rupanya, Yoongi pun demikian. Sejak pagi itu hingga dua hari ini mereka kembali jarang berinteraksi. Ketika berada di dalam mobil mereka saling diam. Ketika bertemu di lorong kadang mereka hanya menyapa atau bahkan tidak menyapa sama sekali.
Setiap berada di dalam apartemen mereka jadi saling canggung. Karena itulah baik Yoongi maupun Hyanggi akhir-akhir ini hanya menghabiskan waktu di dalam kamar. Keluar hanya untuk buang air, mandi, dan makan atau minum. Beberapa kali kedua orang ini sempat berpapasan dan bertemu pandang.
Baik Yoongi maupun Hyanggi terlihat ingin mengatakan sesuatu satu sama lain, akan tetapi tidak bisa. Akhirnya, hanya ada keheningan diantara mereka.
.
.
.
.
. sherry_kim
Hai! Akhirnya publish satu chapter^^ InsyaAllah chapter berikutnya aku publish di jam dan hari yang sama juga ya ☺ (atau bisa jadi lebih awal ehhe)