0.0

7.4K 373 28
                                    

Satu!!

Dua!!

Tigaa!!

Suara peluit nyaring memenuhi setiap penjuru lapangan. Empat orang gadis di garis start langsung berlari dengan diiringi sorak dukungan dari teman-temannya.

"Kim Hyanggi! Larilah sekencang-kencangnya!!" Teriak seorang lelaki dengan lantang. "Kalau kalah kau harus traktir aku makan!!"

"Yak! Park Jimin!! Kau cerewett!!" Balas gadis yang kini larinya tambah kencang seperti kuda yang dipecut oleh joki-nya.

Sorakan dukungan makin riuh terdengar. Hyanggi menambah kecepatannya ketika tau dirinya hampir sampai garis finish. Mana mau juga ia mentraktir Jimin yang rakus kalau soal makan. Lebih baik uangnya untuk makan dirinya sendiri.

Setelah jam olahraga selesai, semua murid dipersilahkan berganti pakaian.

"Hyanggi-ah, mau soda?" Jimin mendatangi Hyanggi yang duduk melepas letih di tepi lapangan. Lelaki itu menyodorkan sekaleng soda untuk Hyanggi.

"Terima kasih, tapi kau tau kan aku tidak minum soda. Kata kakek itu tidak sehat." Kata gadis itu. Ia sangat penurut jika tentang petuah kakeknya.

"Oke, kau ini saja!" Jimin melemparkan air mineral ke pangkuan Hyanggi.

"Kalau kau bawa air putih, kenapa kau menawari ku soda, Bodoh!" Hyanggi memukuli Jimin gemas.

"Yak! Apa salahku!!" Jimin kemudian mendudukkan diri disamping Hyanggi. Sedangkan Hyanggi meneguk minumannya.

Bel istirahat berbunyi. Kedua remaja itu segera beranjak dan menuju ruang ganti pakaian.

"Setelah istirahat apa?" Tanya Hyanggi sambil berjalan.

"Sastra?"

"Aah, ketemu guru judes itu lagi."

"Bukankah pak Min itu tampan?"
Sahut Jimin. "Kata orang-orang dia itu anak seorang pengusaha kaya di kota ini."

"Aku tidak peduli dengan statusnya! Dia menyebalkan!"

"Yap benar. Dia sangaaat menyebalkan.."

"Aku hanya peduli dengan kompetisi basket Eunwo Oppa, lusa!!" Gadis itu menari riang sambil berjalan.

"Oppa??!! Kau tidak ingin peduli padaku??" Jimin menjadi sebal.

Kedua remaja itu berjalan beriringan dibawah cerahnya langit di sekolah menengah atas, Seoul.

Mengekspresikan perasaan dengan bebas adalah salah satu cara untuk menikmati masa remaja. Hyanggi jelas adalah orang yang suka berterus terang tentang isi hatinya, terlebih kepada Jimin, seorang kawan dekatnya sejak SMP.

Ia terlalu bersenang-senang saat ini, tidak peduli dengan apa yang akan terjadi besok atau besoknya dan besoknya. Yang penting saat ini, ia bahagia. Itulah Kim Hyanggi.

.

.
-
Seorang pria berwajah datar memasuki ruangan bertuliskan 'kantor'. Bisa kita lihat dengan jelas di atas pintunya.

Dinikahin Om-OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang