Penyelamat

20 2 0
                                    

"Woi!" Tya menggebrak meja Jaezha.

"Kaget monyet!"

"Pagi-pagi udah ngalamun aje lu, mikir apaan sih?" Tanya Tya.

"Ah gue seneng bangett!" Ucap Jaezha geregetan.

"Iya gue tau, tapi kenape?" Tanya Tya dengan wajah memenya.

"Kemaren..."

"Kemaren?" Tya mengulang kalimat Jaezha.

"Gue.."

"Gue?"

"Ahh gue seneng banget!!" Jaezha tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Eh monyet, gue udah nyimak malah digantungin." Umpat Tya.

Jaezha mengeluarkan kakinya dari bawah meja.

"Lo liat ni," Jaezha menunjukan plester yang menempel.

"Iya gue liat mata gue kagak buta." Kesal Tya.

"Ini dari-"

"Agra." Sambung Jaezha dengan suara lirih.

"Eh pagi-pagi jangan ngehalu." Cibir Tya kemudian tertawa.

Jaezha yang kesal langsung menjambak rambut Tya.

"Beneran monyet." Ucap Jaezha kesal.

"Terserah lu ajelah, yang suka doi diem-diem mah hobinya ngehalu." Tya masih mengejek Jaezha.

"Ck, gue cabut bulu kaki lo mau?" Jaezha melirik Tya tajam.

"Bulu ketiak aja gimana?" Tya memperlihatkan ketiaknya.

Jaezha mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan memberikannya pada Tya.

"Nih, lo yang buat salinannya,"

"Eh, gue sendiri? Bantuin kali." Protes Tya.

"Lo kemarin bilang kek gitu sama gue, lo yang nyalin, gue yang nyari buku." Sahut Jaezha tersenyum kemenangan.

Bahu Tya merosot. "Nyesel gue bilang kek gitu."

"Sukurin, karma is real." Jaezha memeletkan lidahnya.

Tya pun mengambil buku paket didepannya dan memasukannya ke dalam tas.

"Ikut nggak?" Tanya Tya.

Jaezha mendongak. "Kemana?"

Tya mengusap perutnya sambil tersenyum. "Biasa, setoran."

Jaezha menatap jijik Tya. "Monyet, pagi-pagi udah setoran aja lu,"

"Yee, panggilan alam nggak boleh diabaikan." Ucap Tya.

"Ikut nggak? Keburu keluar disini ntar,"

"Ck, ikut." Jaezha bangkit dari duduknya.

Mereka pun keluar kelas menuju ke toilet.

"Ntar gue bagi deh setorannya." Ucap Tya sambil mengangkat alisnya.

Jaezha menonyor kepala Tya.

"Makan sonoh, gue nggak butuh tai lu,"

Sampai di depan toilet Tya berhenti sejenak.

"Lo mau ikut masuk nggak?" Tanya Tya langsung mendapat tabokan dilengannya.

"Cepetan!" Jaezha mendorong Tya masuk ke dalam toilet kemudian keluar mencari udara segar.

"Hahh, apa bisa gue bikin Agra suka sama gue? Dia pinter, sedangkan gue? Kaya kagak punya otak." Keluh Jaezha.

Jaezha menghela napasnya. "Cukup gue aja yang suka,"

Enchanted Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang