"Jadi nggak?" Tanya Jaezha sambil menempelkan ponselnya ke telinga.
"Jadilah, gue siap-siap doloo."
"Hem, jan ngaret."
Jaezha meletakan ponselnya kemudian turun menuju dapur untuk mengambil segelas susu.
"Ck, gue beneran gila gegara Agra." Gumam Jaezha saat melihat dapur.
Ting tong!
"Em? Mamah pulang?" Gumam Jaezha kemudian membukakan pintu.
"Permisi,"
"Ah iya, ada apa ya Pak?" Tanya Jaezha.
"Dengan mbak Jaezha?"
Jaezha mengangguk. "Saya sendiri, ada apa Pak?"
"Ini mbak pesanannya," bapak gojek memberikan sebungkus makanan.
"Eh tapi saya nggak pesen makanan Pak, bapak mungkin salah alamat." Ucap Jaezha.
"Enggak kok mbak, bener disini alamatnya."
"Ohh gitu ya Pak, yaudah saya ambil uang dulu ya Pak." Ucap Jaezha.
"Udah dibayar kok mbak, saya permisi."
"Iya Pak," Jaezha menutup pintu kemudian membawanya ke meja makan.
"Siapa yang ngirim makanan?" Gumam Jaezha sambil membuka plastik.
"Ahh, junk food."
"Ck, gue laper lagi, tapi ntar alergi gue kambuh." Keluh Jaezha.
Jaezha mengambil kentang goreng dan memakannya.
"Dari mamahkah?"
"Tapikan mamah tau kalo gue alergi junk food."
"Ck, entahlah." Jaezha menyimpannya dalam kulkas.
Setelah menyimpan makanannya ke dalam kulkas, Jaezha kembali kedalam kamarnya sambil membawa susu kotak favoritnya.
"Huftt!"
Jaezha berjalan menuju balkon kamarnya, tersenyum memandangi jendela kamar Agra yang kini pergi.
"Agra lagi ngapain yah?"
"Pasti lagi belajar,"
"Semoga sukses Agra." Ucap Jaezha sambil tersenyum manis.
***
"Huwaa!" Teriak Tya saat melihat berbagai wahana.
"Ck, gausah teriak kali." Decak Jaezha merasa malu karena beberapa pengunjung memperhatikannya.
"Ah biarin ajalah,"
"Sekarang kita mau ngapain?" Tanya Tya antusias.
"Beli makanan dulu ih, gue laper." Ucap Jaezha.
"Cus!" Tya menggandeng lengan Jaezha untuk mencari makanan yang lezat.
"Pokoknya hari ini kita ngabisin duit, seneng-seneng." Ucap Tya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri melihat penjual makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted
Teen FictionTerpikat dengan tatapannya, membuatku bertekad Tapi ternyata takdir tidak berpihak Harusnya aku tau, bahwa kamu bukan miliku