Kringgggg
"Baiklah pelajaran kita hari ini sudah cukup, kalian bisa pulang, selamat siang." Ujar Pak Wahir kemudian pergi.
"Siang Pak!" Jawab seluruh kelas.
Tya mengoletkan badannya. "Gila, siang-siang pelajaran sejarah cuma bikin ngantuk doang."
"Gue nggak paham semua." Ucap Jaezha sambil memasukan bukunya.
"Lo emang ga pernah paham." Cibir Tya.
Bahu Jaezha melorot. "Gue harus gimana ya? Kalo gue beneran nggak naik kelas gimana?"
"Nggak usah ngaco, lo nanti lulus bareng gue." Tegas Tya.
"Udahlah, gue mau pulang bye!" Tya meninggalkan Jaezha.
Tinggallah Jaezha dan Agra yang ada di dalam kelas, dengan cepat Jaezha keluar dari kelas agar jantungnya bisa berdetak normal.
Drttdrttt
"Ck, siapa sih?" Dengus Jaezha sambil mengambil ponselnya.
"Halo Mah?"
"Kamu dimana Jaezha?"
"Disekolah Mah, ini baru mau keluar."
"Mamah nggak bisa jemput kamu lagi,"
Jaezha menghentikan langkahnya.
"Ihh mamah, kenapa nggak bilang tadi pagi sih, kan Jaezha bisa pulang bareng Tya."
"Ini juga mendadak sayang, kamu naik ojek aja ya, jangan brantem lagi."
Tut
"Eh? Mah? Halo?"
Panggilan diputuskan sepihak oleh mamahnya.
Jaezha menghentakan kakinya kesal. "Hihh, naik ojek lagi, panas tau."
Tiba-tiba seseorang menyentuh bahu Jaezha, spontan Jaezha langsung melintir tangan orang yang ada dibelakangnya.
"Aw!" Rintihnya.
Mata Jaezha membulat, sedetik kemudian ia melepaskan tangannya.
"Agra?"
"Aduhh sorry-sorry, gue nggak sengaja." Jaezha membantu Agra berdiri.
"Gue pikir siapa, sorry ya." Ucap Jaezha dengan wajah bersalah.
"Gapapa," ucap Agra sembari memijat lengannya.
"Mamah lo nggak bisa jemput?" Tanya Agra.
"Ahh iya, mamah gue lagi ada urusan, kenapa?" Sahut Jaezha.
"Mau bareng gue?" Tawar Agra.
Jaezha langsung diam. 'Kenapa Agra jadi baik sama gue ya?'
"Mau nggak?" Tanya Agra lagi.
"Emang nggak ngrepotin?" Tanya Jaezha, Agra menggeleng.
"Bener nih?" Tanya Jaezha lagi dan Agra mengangguk lagi.
"Boleh deh." Ucap Jaezha kemudian melangkah menuju halaman depan sekolah bersama Agra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted
Teen FictionTerpikat dengan tatapannya, membuatku bertekad Tapi ternyata takdir tidak berpihak Harusnya aku tau, bahwa kamu bukan miliku