"Eh bang, kalian sadar kagak sih kalo abang-abang preman ini nyusahin orang,"
"Bang, mereka cari uang susah payah buat ngasih makan keluarganya dirumah, tapi dengan enaknya abang ngambil uang mereka."
"Buat apa sih bang, buat judi? Beli miras? Ato buat beli narkoba?" Jaezha memarahi sekumpulan preman yang telah tepar.
"Kita nglakuin ini juga buat anak istri dirumah Neng, kita juga butuh uang." Jawab salah satu preman.
Jaezha menghembuskan napas kasar. "Tapi bang, kalo kalian ngasih uang ini ke anak istri abang sama aja abang nambahin dosa buat mereka bang, uang ini haram bang."
"Abang mau anak istri abang masuk neraka karena abang? Nggak mau kan?"
"Haduhh udahlah bang capek saya ngomong panjang lebar sama abang semua, sekarang nih ya abang pikirin pake hati nurani abang, masih punya hatikan? Belum dijualkan?"
"Pikirin gimana kalo suatu saat nanti istri sama anak abang tau gimana kerjaan abang yang sebenernya, pasti mereka kecewa bang, percaya deh sama saya."
"Mendingan mumpung abang-abang ini masih sehat masih idup sekarang abang tobat deh, solat sama ngajinya dikencengin, kalo nggak bisa baca al-quran baca iqra' kalo nggak bisa yaaa latihan."
"Jangan kek gini lagi ya bang, carilah kerjaan yang halal, meskipun cuma jadi satpam apa tukang sapu, atau kalo abang-abang ini bisa masak ya bikin warung kopi, terserah deh yang penting halal."
"Udahlah kaki saya sakit gara-gara abang semua, saya pulang dulu, assalamualaikum." Jaezha mengakhiri omelannya yang panjang lebar.
"Neng, makasih ya udah selamatin kita." Celetuk sopir angkot.
"Iya bang, hati-hati ya bang, saya permisi dulu." Jaezha berbalik ke arah mobil Kelvin dengan kaki pincangnya akibat dijegal oleh preman.
Kelvin yang sedari tadi memandangi dari belakang kini segera menghampiri Jaezha dan membantunya berjalan.
"Udah Kak, saya bisa kok." Ucap Jaezha saat Kelvin membantunya.
"Dasar anak kambing," ledek Kelvin.
Jaezha melototkan matanya tak terima. "Kakak mau saya pukulin biar kaya mereka?"
Kelvin tertawa. "Bercanda,"
Jaezha memberontak. "Gausah pegang-pegang."
"Eh Neng! Sama pacarnya jangan kasar atuu!" Teriak sopir angkot.
Jaezha membulatkan matanya. "Eh bang dia bukan pacar saya!"
"Bukan pacarnya kok lengket amat," cibir sopir angkot.
"Eh tu orang kagak tau terimakasih sama gue malah ngatain gue." Gerutu Jaezha.
Kelvin hanya tersenyum. "Udah ayo aku bantuin,"
Jaezha memberontak lagi membuatnya hampir terjatuh karena kakinya masih sakit, untung saja dengan cepat Kelvin mendekapnya agar tidak jatuh.
"Cie ciee!" Goda seluruh penumpang angkot.
Jaezha seketika menjauhkan tubuhnya dari dekapan Kelvin dan berjalan masuk ke dalam mobil.
"Orang baru kenal kemaren udah disangka pacaran," kesal Jaezha.
Tak lama Kelvin masuk dalam mobil dan mulai menjalankan mobilnya.
"Ternyata kamu jago berantem ya," celetuk Kelvin.
"Bukan berantem Kak, tapi bela diri." Sanggah Jaezha.
Kelvin mengangguk. "Gimana tadi ujiannya?"
"Ya lumayanlaa." Sahut Jaezha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted
Teen FictionTerpikat dengan tatapannya, membuatku bertekad Tapi ternyata takdir tidak berpihak Harusnya aku tau, bahwa kamu bukan miliku