Matahari sudah menampakan sinarnya, hari ini adalah hari keberangkatan Agra ke Amerika, semuanya sudah diurus oleh kakaknya, kini Agra hanya tinggal berangkat. Memang pergi meninggalkan seseorang tidak semudah yang orang lain pikirkan, ia sudah berjanji akan kembali dalam beberapa tahun dan ia pasti akan memenuhi janjinya.
Disisi lain, Jaezha sudah rapi dengan pakaian cantiknya walaupun ia tidak mengantarkan Agra ke bandara. Ia menghembuskan napasnya kemudian tersenyum agar Agra bisa melihat kedua lesung pipinya yang manis.
"Hai!" Sapa Jaezha kemudian menghampiri Agra.
"Udah siap semuanya?" Tanya Jaezha, Agra mengangguk.
"Kalo udah sampe kabarin gue ya," ucap Jaezha, Agra mengangguk lagi.
"Gue ada sesuatu buat lo," ucap Jaezha kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya.
"Tadaa!"
"Walaupun cuma gantungan kunci tapi itu spesial dari gue, buatan gue sendiri ini." Jaezha memberikan sebuah gantungan kunci berbentuk kepala kucing.
Agra menerimanya. "Makasih, gue suka."
Jaezha mengangguk. "Sama-sama,"
Agra mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Buat lo," Agra menyerahkan sebuah buku berwarna biru pastel ke Jaezha.
Jaezha menerimanya. "Ini apaan?"
"Itu buku catatan gue, semuanya udah ada disitu, ada contoh soal ujian tahun kemarin juga, semoga lo kebantu." Jelas Agra.
Jaezha tersenyum sambil mengangguk.
"Jaezha," panggil Agra.
"Senyum, gue suka liat lo senyum." Ucap Agra.
Jaezha menahan air matanya kemudian tersenyum memperlihatkan senyum dan lesung manisnya.
"Maniskan senyum gue," ucap Jaezha membendung air matanya.
Agra mengangguk. "Jangan sedih,"
Jaezha menggeleng. "Gue nggak sedih kok, lo tenang aja."
"Tuan kita berangkat ke bandara." Celetuk sopir pribadi Agra.
Jaezha mengusap air matanya. "Hati-hati ya, semangat!
"Semoga berhasil!"
Agra mengangguk kemudian ia memeluk tubuh Jaezha untuk yang terakhir.
"Makasih, makasih banget." Ucap Agra.
Jaezha pun tidak bisa menahan air matanya lagi, ia lagi-lagi gagal membendung air matanya.
"Jangan nakal," ucap Jaezha.
Agra melepaskan pelukannya. "Gue berangkat,"
Jaezha mengangguk. "Byee!" Sambil melambaikan tangannya.
Agra masuk kedalam mobilnya dan tak lama mobil Agra mulai berjalan meninggalkan area perumahan.
"SEMANGAT!" Teriak Jaezha.
Perlahan mobil Agra sudah tak terlihat, dan kini Jaezha sendiri. Masih dengan air mata dipipinya Jaezha kembali ke rumahnya, di depan rumahnya terlihat Rita memandang putrinya dengan sendu.
Jaezha langsung berlari dan memeluk Rita, air matanya ia tumpahkan semuanya, sedih karena ia tidak bisa melihat wajah Agra dan sakit hati karena ia tidak bisa jujur dengan perasaannya yang sebenarnya.
"Cup cup, jangan sedih ya." Rita menenangkan Jaezha yang sedang menangis.
"Udah ya jangan nangis lagi, nanti mata kamu bengkak sayang." Ucap Rita menepuk-nepuk pelan kepala Jaezha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted
Teen FictionTerpikat dengan tatapannya, membuatku bertekad Tapi ternyata takdir tidak berpihak Harusnya aku tau, bahwa kamu bukan miliku