Sebelum pulih

48 3 0
                                    

"If you want to be happy, be." - Leo Tolstoy

Sore ini langit terlihat begitu cerah, gumpalan awan terlihat cantik dengan warna jingga di sekeliling nya. Hai, Sudah siap untuk mendengarkan ku kembali ?

Baiklah, ambil posisi nyaman mu untuk mulai mendengarkan ku..

Mungkin kau sempat berpikir betapa mudah nya aku dalam melepaskan, memaafkan juga melupakan dia. Kau salah, jelas tidak mudah.

Hati ku telah hancur menjadi beberapa kepingan yang enggan untuk menyatu kembali. membuat ku menutup rapat-rapat pintu hati ini. Aku enggan menoleh pada siapa pun yang berusaha mengetuk pintu hati ini.

Aku pernah enggan memaafkan, aku pernah enggan melepaskan, dan aku pun pernah enggan untuk melupakan. Hal yang begitu sulit dan yang tak pernah ingin ku lakukan sebelumnya tapi keadaan dan juga kesadaran dalam diriku yang akhirnya mendorong diri ini untuk melakukan nya.

Kau tau, aku pernah memaksa diri ku untuk membenci dirinya, memaksa diri ini untuk menghapus setiap ingatan tentang dirinya yang masih ku simpan rapih dan enggan untuk ku musnahkan, aku pernah hampir menyerah..

*************

Hari itu terasa sangat sepi bagiku, hari dimana tak ada lagi dia dalam hari-hari ku. Tak ada lagi kata-kata yang menjelma menjadi kalimat yang begitu indah. Tak ada lagi suara yang begitu hangat yang bisa menenangkan ku.

Aku melirik ponselku, lagi-lagi aku masih mengharapkan dia menghubungi ku. Beberapa kali ponsel ku bergetar, setiap ku lihat bukan darinya. Entahlah, aku pun tak tau sudah berapa banyak pesan yang aku abaikan.

Aku menaiki angkutan umum, hanya ada beberapa penumpang didalam angkutan umum itu. Aku menatap ke arah luar jendela, ingatan ku muncul kembali, ya aku pernah melewati jalan ini bersama nya. Aku mengeluarkan ponsel dari dalam tas ku, mencari nama seseorang di dalam daftar kontak ku ingin sekali aku menyapa nya lewat pesan singkat dan mengatakan aku rindu. Tetapi yang hanya bisa aku lakukam adalah sebatas menatap nama nya dalam daftar kontak ku yang kini telah berganti nama. Aku melirik ke arah jendela kemudian menatap layar ponsel ku, dengan ragu aku menghapus nama nya dalam kontak ku.

Di dalam perjalanan menuju rumah pikiran dan hati masih saja beradu argumen. Rasa nya hari itu benar-benar membuat mood ku berantakan.

Aku turun dari angkutan umum dan pulang dengan perasaan yang tak karuan. Rasanya ini amat menyiksa ku, ingin sekali marah ingin sekali menyalahkan nya tetapi aku sadar aku sendiri yang memilih untuk pergi. Aku kembali melirik ponsel ku, dia benar-benar tak kembali.

Malam itu terasa begitu sunyi, aku berbaring menatap langit-langit kamarku, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya secara perlahan. Aku melirik jam dinding di kamar ku, sudah tengah malam namun mataku enggan terpejam.

Aku berusaha memejamkan mata, tanpa sadar air mata ku menetes seketika hati ku berkata ' aku menyerah, tolong.. aku merindukan mu.. '

**********

Hai terimakasih untuk mu yang masih sudi mendengarkan ku. Kisah ku belum usai.. Mungkin kisah ku terdengar berlebihan tapi memang ini yang aku rasakan.

Oh ya, Aku juga ingin mendengar cerita mu, jika kau ingin bercerita silahkan tinggalkan pesan pada ku aku siap mendengarkan mu :)




















Sendiri (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang