Sebelum baca, yuk vote dulu.
Gomawo~
"Masih jauh!"
Kembali Rox menggeser duduknya hingga akhirnya Rok kembali ke tempat duduknya semula, disamping kiri Layla. Padahal wanita itu yang menyuruhnya menjauh tadi, tapi sekarang wanita itu yang menyuruhnya kembali mendekat. Dasar wanita yang sulit dimengerti.
Beberapa menit berlalu, keduanya hanya terdiam dengan berbagai pikiran masing-masing. Yang tampak sangat berpikir keras adalah Layla. Dia sedang mempertimbangkan apakah dia bisa melaksanakan saran yang diajukan Moon kemarin atau lebih baik menunggu waktu yang lebih tepat. Tapi melihat kondisi yang tiba-tiba sangat canggung, Layla pun memutuskan untuk bertanya saja, dari pada mereka hanya berdiam diri saja.
"Rox..." panggil Layla tanpa menatap pria itu. Pandangannya lurus ke depan. Tidak berani menatap pria itu. Dia takut tidak tahan menyembunyikan identitas aslinya pada Rox.
Ketika namanya dipanggil, dengan cepat Rox menatap Layla. Mungkin spontanitas yang mampu membuat Layla merasakan denyut jantungnya berubah lebih cepat. Layla menelan air liurnya karena gugup. Hingga akhirnya dia berkata, "Sepertinya kita akan menunggu sampai hari terang."
Rox tidak menjawab beberapa detik kemudian barulah pria itu berkata, "Mungkin."
"Setidaknya kau harus menghubungi keluargamu atau... kekasihmu, bahwa kau akan pulang lebih lama." Ada nada ketidakrelaan ketika Layla harus menyebutkan 'kekasihmu'. Dia tidak rela jika benar Rox memiliki wanita lain dalam hidup pria itu. Layla memang terdengar egois karena Rox bukan siapa-siapa baginya. Mereka tidak memiliki hubungan khusus. Tapi sejak ciuman waktu itu, Layla sudah berpikir ulang. Dia tidak akan bisa menerima jika pria itu juga melakukan hal yang sama pada wanita lain. Tidak boleh!
"Tidak apa-apa. Keluargaku pasti mengerti aku sedang bekerja. Tapi soal kekasih...," Rox menggantung kata-katanya. Dia menatap Layla sesaat hingga wanita itu pun ikut menoleh menatapnya. Sepersekian detik tatapan mereka bertemu, jantung Layla semakin tidak bisa dikendalikan. Sepertinya keputusannya untuk mengorek ingatan Rox sekarang sangatlah salah. Dia tidak siap.
"Aku tidak punya kekasih." Kalimat singkat yang mampu membuat Layla merona. Ketika pria itu mengatakannya, Layla bisa melihat pantulan dirinya dimata pria itu. Seolah Rox sedang mengatakan pembelaan agar Layla tidak salah paham. Anggaplah Layla terlalu berhalusinasi. Tapi dia tetaplah wanita yang sedang berbunga-bunga ketika tahu pria yang disukainya tidak memiliki pasangan.
"Ba-baguslah," Layla tergagap.
"Tapi sungguh kau tidak memiliki kekasih? Kau tidak pernah pacaran?" tanya Layla lagi. Rox hany tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala. Baru kali ini dia merasa lega.
"Kau?" tiba-tiba Rox melontarkan pertanyaan yang sama.
"Aku?" Layla menunjuk dirinya sendiri dengan tawa yang hampir lepas. Baginya itu pertanyaan yang lucu sekaligus miris.
"Kau pikir menjadi idol itu mudah? Bahkan kami tidak diperbolehkan memiliki hubungan dengan lawan jenis. Mungkin diibaratkan seperti robot tanpa perasaan." Layla menjelaskan. Rox menatap Layla prihatin. Ternyata apa yang dipikirkan Rox tentang Layla masih jauh lebih miris.
"Jangan menatapku seperti itu," ujar Layla ketika melihat tatapan kasihan yang Rox berikan kepadanya.
"Kau pikir semua orang akan sama? Kami tetaplah manusia. Siapa yang bisa menghentikan perasaan seseorang. Contoh paling dekat saja, Sun eonni." Layla membuka sedikit rahasia member WOW. Lagi pula Layla bisa mempercayai Rox.
"Noona?" Rox terkejut. Layla mengangguk membenarkan.
"Dia berpacaran dengan seorang penyanyi solo. Aku tidak bisa memberitahu siapa orangnya. Tapi kau pasti mengenalnya." Layla tampak tidak ingin membongkar semuanya. Itu privasi Sun, dia tidak berhak ikut campur. Rox mengangguk, mengerti maksud Layla.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SECRET BOY (Idol VS Manajer)
RomanceRox Kim adalah seorang mantan produser (PD) yang kini menjadi manajer Layla - salah satu member girl band ternama WOW. Rox pikir pekerjaannya akan mudah karena Layla merupakan member yang easy going. Tapi apa yang dipikirkannya tidaklah sesuai denga...