Lianne✯

40 5 0
                                    

"Maaf gue lagi sebel malah Lo kasih coklat" ucap Devan lirih  sembari memperhatikan Anne yg tetap tersenyum getir dari depan toilet itu.

----✯----

Perempuan mungil berambut lurus sebahu itu masih terus menundukkan kepalanya dimeja. Sejak kejadian tadi ia banyak diam.

"An, kantin yok?" Ajak Fanya yg mulai sedih melihat sahabatnya itu.

"Gue ga laper ko" ucap Anne tersenyum sembari menghapus air matanya.

"Yaudah gue sama Rin ke kantin dulu ya, nanti gue bawain Lo nasgor sama milkshake oke" ucap Fanya lalu pergi bersama Catherine.

Alarm Handphone milik Anne berbunyi, tertera disana deskripsi mengapa ia dipaksa berbunyi.

Saatnya minum obat Anne :)

Begitulah tulisan deskripsinya. Anne memang mempunyai penyakit psikis sejak orang tuanya berpisah. Seperti, penyakit akibat broken home. Tekanan batin seorang anak mungkin.

Sejak saat itu ia terus dan rutin minum obat. Vian pun menghapal jam minum obatnya hingga setiap hari ia mengontrol melalui jendela belakang kelas.

Vian terkejut melihat mata bengkak milik Anne.

Anne nangis? Kenapa? Batinnya.

Segera ia mengambil ponsel disaku celana kirinya. Ia mengetikkan pesan WhatsApp lalu mengirimnya kepada sang adik tercinta.

Al
Lo kenapa Ra? Nangis?

Anne menoleh ke ujung jendela belakang kelasnya, benar saja ada Vian sedang melihatnya dengan tatapan khawatir.

Air mata Anne kembali turun, Anne tak bisa menahan tangis apabila bersama kakaknya itu.

Setelahnya, Fanya dan Catherine datang membawa satu bungkus nasgor miliknya.

"Liatin apa sih An? Serius banget?" Tanya Fanya yg sadar dengan arah mata sahabatnya.

"Ga ada ko" jawab Anne lalu tersenyum simpul.

"Lo makan dulu ya, kita udah makan soalnya, mau ke kantor juga nih gue dipanggil wali kelas" timpal Catherine.

"Iya, makasih ya"

Catherine berlalu dengan jari berisyaratkan oke sedangkan Fanya sudah duduk dibangku sebelah Anne.

"Makan An"

"Iya Fan"

Selesai makan, Anne pamit pada Fanya hendak ketoilet. Sebenarnya ia berbohong, ia hendak ke tempat sunyi untuk meminum obat.

Bahkan kedua sahabatnya itu juga belum mengetahui mengenai penyakit Anne. Tapi mereka sudah tau mengenai orang tua Anne.

Tak perlu waktu lama ia sudah menelan obatnya, segera ia melaporkan hal itu pada Vian.

Anne
Al, gue udah minum obatnya.

Pesannya itu lalu berubah menjadi dua ceklis biru tanda sudah dibaca oleh sang kakak. Anne berlari menyusuri koridor menuju kelasnya.

Ia melihat Devan di depannya hanya berjarak beberapa meter saja. Seolah manusia amnesia, Anne melupakan lukanya yg tercipta beberapa waktu lalu.

"Bang Devannn" ucapnya riang tanpa luka sedikit pun.

"Apa lagi?" Ucapnya tetap dingin.

AdevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang