Al✯

44 4 2
                                    

"Hai" sapanya dari ambang pintu kamar Devan.

Hanya tukang pos rupanya. Kalian kira siapa? Anne? Atau pemeran baru? Belajarlah untuk tak banyak berharap, sakit kan.

"Apa benar ini dengan saudara Devan?"

"Iya"

"Ada kiriman paket, silahkan tanda tangan disini kak" ucapnya formal sembari memberikan kotak kecil yg terbungkus rapi dengan warna abu-abu.

"Dari siapa mbak paketnya?" Devan yg dingin itu ternyata bisa penasaran.

"Dari cewek rambutnya sebahu kak, katanya kalo dia yg ngasih sendiri takut ditolak, mari kak" pamitnya lalu melaju pergi.

Rambut sebahu? Oh iya gue inget, batin Devan.

Buka jangan ya? Tapi gue kepo.

Tapi ntar dia kepedean, ah bodoamat deh biasanya yg dari cewek juga gue buka.

Ganteng-ganteng kok ngomong sendiri :v

Iri bilang boss

Skip ges-

Gadis pengantar kiriman tadi melepas topinya, terlihat rambut panjang bergelombang disana.

"Panas banget sih pake wig astaga" ucapnya sembari melepas rambut buatan manusia tersebut.

"Yg penting bang Devan Nerima hadiah gueeee" soraknya sangat bersemangat.

Sekarang terlihat wajah aslinya tanpa kacamata, tanpa wig, dan tanpa topi. Gadis mungil itu nekat juga ternyata ya.

"Tapi tadi gue hampir ketauan karna ga formal diawal ya ampun, untung inget" gumamnya.

Anne berjalan menuju kantor pos yg tadi ia kunjungi. Dengan langkah bergegas ia memasuki ruangan bertuliskan Fanya disana.

Fanya memang sudah bekerja, ia bekerja sebagai pengantar kiriman kantor pos. Tak heran jika Anne mudah melakukan ini semua.

"Thanks Fanyaa" Anne tersenyum riang lalu menghamburkan pelukannya pada sang sahabat.

"Gimana? Sukses? Ga ketauan kan? Dia suka Lo kado pas ultah gini?" Pertanyaan Fanya seperti pertanyaan manusia usil saat melihat temannya presentasi dikelas.

"Sukses dongg, Anne gitu loh, tapi gue heran, dia mukanya lesu gitu, dan kayak ga inget hari ultahnya sendiri Fan"

"Serius Lo?"

"Dua rius, trus apartemen nya juga rame tapi ga ada satu pun yg mirip dia, rata-rata bule"

"Trus? Trus?" Tanya Fanya penasaran.

"Kamarnya juga sunyi, mata bang Devan tadi juga agak bengkak"

"Ya udahlah lupain aja, lagi ada masalah kali, yg penting kado Lo ketrima"

"Yasss you're right baby"

Fanya memang seperti itu, tak ingin terlalu mencampuri urusan orang lain apalagi jika menyangkut keluarga.

Terkadang masalah kita sendiri pun susah menyelesaikannya apalagi kalau kita memperdulikan masalah orang lain tak terbayang seberapa sering kita frustasi.

----✯----

Sebelum membuka bingkisan itu Devan memutuskan untuk mengecek handphone yg sudah selama beberapa jam tidak ia respon.

Banyak sekali notifikasi dari segala penjuru apalagi dari para betina, cewek maksudnya.

Ririn
Hbd ya boy, panjang umur, semoga cepet jadian Ama gue, avv.

AdevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang