Elfanya☯

43 7 18
                                    

Ga semua orang populer itu bahagia.
~Azka Al Adevan

Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu, satu hari ini sekolah mereka full free karena para guru yg mengadakan rapat untuk Ujian Nasional.

"Al lama banget sumpah" Anne mulai lelah menunggu Vian yg hampir sepuluh menit tak kunjung tiba.

"Araaa" sekalinya datang Vian tersenyum tak berdosa memamerkan deretan giginya yg rapi.

"Lama bet sih Lo" makinya pada Vian.

"Come on Ra, masih jam 12" ucap Vian masih dengan senyuman riangnya.

Tanpa balasan dari Anne, keduanya memasuki mobil. Tak ada percakapan diantara kakak beradik itu, hingga akhirnya Vian ingat akan ucapan Devan mengenai Anne dan seorang Om-om.

"Lo ketemu papah?" Tanya Vian memastikan bahwa yg Anne temui adalah ayah mereka.

"Eh? He'eh kemarin ketemu pas sama temen-temen nongkrong ayah Dateng, kok Lo tau?" Jawabnya jujur dan sedikit penasaran pada kakaknya yg jelas-jelas bukan peramal itu.

"Dikasih tau Devan, dia care banget sama Lo ya" ucap Vian jujur pada adiknya.

"Masa sih Al?" Pikiran Anne mulai beterbangan entah kemana ingin melangkah, ia tak ingin berharap tapi juga tak ingin pesimis.

"Iya, trus katanya Lo juga diakui jadi pacar dia kan?" Tanya Al memastikan.

"Eh? Iya Al" semburat merah mulai terlihat dikedua pipi gadis itu, tak bisa ia pungkiri perasaan bahagia saat diakui pacar oleh sang pujaan hati.

"Jangan lupa malem ini Lo cek up, jam 7 gue tunggu dimobil" ucap Al mengalihkan pembicaraan.

Memang benar adanya sejak Devan mengatakan hal tak wajar kepada adiknya, ia tak ingin terus membahas Devan didepan Anne, tak lain tujuannya adalah agar Anne tak selalu mengingat lukanya.

"Okeyy" jawab Anne dengan senyuman riang.

~✿~

"Gimana Dev?" Tanya seorang lelaki yg hampir mendekati umur kepala enam itu.

"Udah Devan lakuin om" jawab Devan singkat disertai mimik wajah yg kurang mengenakkan benak.

"Kok gasuka gitu sih dev? Kamu ga tertarik ya sama putri om?" Rupanya Gleen menyadari mimik wajah milik remaja didepannya itu.

"Ya aneh aja om, dia yg ngejar Devan tapi Devan yg nembak dia" jawab Devan sekenanya pada ayah dari seorang Almeera Lianne.

"Yaudah kalo gitu Devan jauhin dia lagi aja, maaf om minta yg aneh-aneh sama nak Devan" Gleen tak menyangka rupanya Devan memang tak menyukai putri bungsunya.

"Jangan lah om, kan Devan mau balas budi" jujur Devan pada Gleen.

"Maaf ya om sangkut pautkan kamu dalam keluarga om"

"Gapapa om, Devan seneng bisa bantu om, mamah Devan juga pasti seneng disana liat Devan bantu om" Devan bahkan tak tau apa yg sedang ia katakan.

Andai kamu tau cerita yg sebenarnya ya Devan, kamu pasti benci sama om, batin Gleen.

"Yaudah om balik dulu ya nak, jaga diri baik-baik" setelah mengatakan itu Gleen berpaling dari hadapan Devan.

Devan memasuki kamar mandi yg tak terlalu luas dan tak terlalu sempit di apartemen miliknya itu, dengan niatan membersihkan diri lalu terlelap dalam mimpi diatas kasur berwarna cyan miliknya.

AdevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang