Waktu demi waktu berlalu dan lama-kelamaan perasaan gue semakin berlarut. Seperti biasa, diam-diam memperhatikan sudah biasa bagi gue saat menyukai seorang laki-laki. Lalu, Daejinnya?
Kalau Daejinnya sendiri, dia nggak menyukai gue. Kelihatan aja dari pembicaraan ke teman dekatnya bahkan sampai dari sikapnya. Ya, begitu pokoknya lah!Singkat cerita tugas kami selesai satu - persatu termasuk tugas aransemen musik kelompok kami. Karena semakin menjadi-jadi dan ia pun malah menjauhi gue, akhirnya gue pun memutuskan untuk move on. Habyung, Hyunmun, Hamun, Hyorim, Hyoah, dan Hajin mengetahuinya. Namun pada saat itu gue punya prinsip bahwa "Menyukai laki-laki boleh, tapi kalau menaruh harapan kepada 1 laki-laki jangan."
Itu sebabnya saat itu, gue juga menyukai Hajin dan Daejin. Kenapa? Karena prinsip gue ditambah, karena respon keduanya yang masih pending. Prinsip itu sendiri dipelopori oleh Hyumun dan Hamun, jadi prinsip yang gue pakai juga begitu.Singkat cerita setelah ulangan kenaikan kelas, kami mendapat libur semester baru. Saat kelas 2 SMA semester 2 pun kami memikirkan tujuan hidup kami setelah lulus. Alasannya, karena kami akan memasuki kelas 3 SMA yang akan penuh dengan ujian. Ujian akhir kelulusan, ujian sekolah, ujian tengah semester, ujian semester, ujian praktek, ujian untuk masuk ke perguruan tinggi negeri, dan masih banyak lagi. Perumpamaannya kami baru saja mau memasuki hutan dan bertanding disana. Siapa cepat keluar dia dapat, namun tetap walau berkompetisi pun juga harus berkerja sama satu sama lain.
Memasuki kelas 3 SMA, gue merubah kembali tampilan gue. Yang tadinya rambut gue berantakan, ngembang, sedikit keriting (karena efek smoothing), menjadi lurus dan rapi kembali. Nah dari situ ada 1 kisah yang membuat gue agak menyesal, namun menyengsarakan.
Awal ceritanya itu saat gue menyukai Daejin di kelas 2 SMA. Ketika naik kelas, disitu gue sudah move on atau bisa dibilang perasaan gue sudah netral dengannya walau masih ada sedikit saja.
Ya awalnya, gue dan dia sama-sama menunjukkan respon seorang teman. Namun, lama-lama kok ada yang aneh dengan Daejin? Gerak-geriknya seperti seseorang yang mempunyai ketertarikan dengan gue. Walau gue termasuk manusia nggak peka akan keadaan, namun untuk hal itu gue peka loh! Tapi gue pikir, "Ya kenapa kali tuh anak."Lama-lama sikapnya menjadi semakin menjadi-jadi. Diibaratkan kayak sedang tarik ulur gue. Cuma karena udah netral dan belajar dari kelas 2 SMA yang lalu, gue benar-benar positif thingking dengan sikapnya ke gue.
Sekitar beberapa minggu lah dia begitu terhadap gue, pada akhirnya gue luluh juga. Sampai-sampai karena mendengar perbincangan mereka tentang gue bahwa yang intinya "Udah lupain, ketua rohkris men."Loh, ketua rohkris? Gimana-gimana nih maksudnya?
Akan gue jelaskan setelah ini😉Sempat ada pikiran untuk pindah keyakinan hanya gara-gara COWOK itu. Kenapa gue caps lock? Karena masih kesal dengan gue yang begitu.
Sampai harus begitu supaya ia merespon gue terus, dan sampai akhirnya ia pun menjadi lebih aneh lagi menurut gue. Secara cepat, ia langsung menunjukkan gerak-gerik itu kepada sahabat gue, Haerim. Dan gue tambah nggak mengerti dan sepertinya juga salah paham. Akhirnya gue merasa kesal dengan Daejin dan menunjukkan juga kepada teman-temannya. Teman-teman cowok di kelas gue bingung ada apa dengan gue, ditambah ada 1 kejadian yang membuat gue murung sebelum itu.Jadi ceritanya Daejin dan kawan-kawan, Hamun pergi ke rumah Raemun. Sore harinya gue video call dengannya
Raemun: "Eh Joon! Lagi ngapain?"
Gue: "Dirumah, mager-mageran. Hamun ke rumah lo?"
Raemun: "Iya, tadi ada si Daejin, Yeong, sama Lay. Pada main sih tadi."
Gue: "Oohhh..."
Raemun: "Lagi lo gue ajakin malah nggak bisa."
Gue: "Iya mager terus nanti kesorean."
YOU ARE READING
Park Woo Joon
Non-FictionCerita nyata yang dihalukan. Gue menulis cerita ini berdasarkan pengalaman nyata yang gue alami semasa gue hidup. Ada saat dimana gue merasakan disayangi oleh orang-orang, ada saat dimana gue merasakan dijauhi oleh orang-orang. Ada saat dimana gue n...