Born and grow up.

40 4 0
                                    

"Wih itu anak Om J ya?" Tanya seorang pemuda yang sedang berdiri di samping J atau akrab disapa Park Ji joon. Mereka sedang melihat ke arah ruangan yang dibatasi kaca besar. Ya, ruangan para bayi yang telah lahir.
Jijoon hanya tersenyum.
"Iya nih, tapi gak cakep bang."
Pemuda atau bisa disebut Eunhan oppa merasa heran,
'Kok anaknya sendiri dibilang jelek (?)'
Ia hanya tertawa kepada Jijoon.

Bayi yang baru dilahirkan oleh istri Jijoon adalah bayi yang secara fisik membuat seorang Jijoon agak terkejut. Dimana-mana bayi itu cantik, bersih, dan lucu. Tapi, bayi itu tidak seperti yang diharapkan oleh Jijoon. Hitam coklat, hidung pesek, tapi tetap lucu. Dan ternyata bayi itu berjenis kelamin wanita. Wah, calon wanita yang sukses! Pikir Jijoon dan istrinya, Song Eun woo atau bisa dipanggil Eun.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

4 tahun kemudian    =>

Sudah tidak terasa sang bayi yang baru lahir tepatnya di tanggal 03 Oktober 2001, sudah bertumbuh besar. Bayi itu dinamai Kim woo Joon.
"Ini A, B, C..." jelas seorang baby sitter yang dipanggil, Soori ahjumna.
Woojoon hanya mengangguk dan coba mengucapkan apa yang Soori katakan.
"A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, L, S, T, U, V, W, X, Y, Z."
Seketika Soori terdiam, "L?"
Lalu, Soori tersenyum.
"Itu R ya, bukan L. Cara pengucapannya Errrr.... lidahnya digetarkan." Jelasnya.
Woojoon hanya diam dan mencoba mengucapkan huruf R, tapi tetap tidak bisa. Ia cadel ternyata😅
Soori hanya tertawa melihat tiap tingkah lucunya itu, meski seringkali ia bersikap galak terhadap Woojoon. Galak disini berarti tegas, bukan tega. Demi kebaikannya juga, bukan untuk dirinya.

"Udah tuh si Woojoon saya daftarin sekolah Junior elementary aja ya, pa." Ucap Eun yang merasa lelah, karena baru pulang kerja. J hanya tetap fokus membaca berita dan mengangguk-angguk, yang artinya ia setuju.
"Yaudah. Emang dimana?" Tanya J  . Eun langsung memberikan kertas selebaran calon sekolah Woojoon. Dan pada akhirnya Eun dan Jijoon sepakat untuk menyekolahkan anaknya di TK Sapta Pesona. Saat itu Woojoon berumur 3 setengah tahun, dan yang sedikit dikhawatirkan oleh ayahnya adalah takut ditolak masuk sekolah karena umurnya yang masih terlalu muda.
.
.
.
.
.
.
.
.

Woojoon menjalani masa kecilnya dengan baik. Namun, ia agak kesulitan mendapatkan teman saat ia masuk TK. Kalau untuk teman pasti ada, tapi tidak sebanyak teman-teman dia yang lainnya. Teman-teman dekatnya saat itu, sering sekali pulang sekolah bareng bersama dengan orang tua yang mengantar mereka juga. Dikarenakan jarak antara sekolah dan rumah Woojoon dekat, ibunya dan teman-temannya berjalan kaki hingga sampai rumah.
Woojoon pun adalah korban bully sejak ia TK. Pembullynya adalah sekelompok laki-laki di sekolah TKnya. Yang memprovokasi untuk membullynya adalah si ketua. Woojoon lupa dengan namanya, namun ia ingat rupanya. Hitam coklat, berambut hitam, tingginya kurang lebih sama. Terakhir kali yang ia ingat, si laki-laki ini mendorong dari belakang sampai ia terjatuh ke bawah dari posisi berdiri hingga telungkup. Wajahnya membentur lantai hingga hidung dan dahinya terasa sakit.
Namun ia menahan rasa sakitnya dan segera berlari kembali menuju halaman sekolah. Saat itu ada guru di sana dan guru itu membantu Woojoon untuk berdiri, makanya si laki-laki ini ditegur oleh guru tersebut.

Masa kecilnya tak hanya sampai disitu. Ia beranjak cukup cepat. Setelah lulus TK, ia melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi. Ia masuk SD pada umur 6 tahun. Memang pada saat itu syarat ketentuannya harus berumur 7 tahun. Lagi-lagi karena umurnya terlalu muda.
Cukup rumit masa SDnya. Ia dibully lagi oleh anak perempuan yang sekelas dengannya. Kali ini bukan dengan fisik, tapi non fisik. Ya itu membuat Woojoon kecil sedih dan sampai-sampai ia ingin pindah sekolah pada waktu itu.
"Ma aku mau pindah aja ma, aku dibully."
Dan pada akhirnya ibunya hanya terus menyemangati dan tetap berkata "sabar."

Gak hanya sampai disitu, ia diajar cukup keras oleh ibunya agar mendapatkan nilai yang bagus. Woojoon menjadi takut untuk jujur memberikan hasil tesnya. Karena ia tidak mau dimarahi dan dipukuli lagi. Woojoon mengerti mengapa ibunya harus seperti itu kepadanya. Ibunya ingin Woojoon menjadi anak yang pintar dan berprestasi. Namun setelah itu, Woojoon meraih prestasi di kelasnya. Ia berhasil medapatkan peringkat ke-3 saat pembagian hasil akhir kenaikan kelas.

Hingga di kelas 2 SD, ia bersama keluarganya pindah rumah. Dan saat ia masih kelas 1, sudah ada Kim Eun han, abangnya dan Kim Eun Gun, kakaknya. Ia bersama keluarganya pindah ke daerah Cileungsi dan lebih tepatnya masih disekitar Jakarta.
Perjalanan hidupnya dimulai ketika ia sudah memasuki kelas 2 SD, dan lagi-lagi ia dibully oleh teman-temannya. Mungkin karena statusnya sebagai  anak baru di sekolah yang tepatnya di SDN 02 Cileungsi. Ia ditempatkan di kelas 2 D, dan masa-masa SDnya dijalani dengan baik dan tegar. Selama SD ia selalu diejek karena kelemahannya dibidang olahraga.  Kalau kata anak laki-laki di kelasnya, tangkap bola saja kayak tangkap katak. Dan jangan salah ketika ia masuk di sekolah barunya, ia pernah ditampar pipinya oleh teman sekelasnya. Ia perempuan dan lebih tepatnya bergeng. Gengnya terdiri dari 3 orang, Kang Rae Ah, Jung Ha Kyo, dan Park Jae Rim. Padahal teman-teman digengnya itu adalah teman pertamanya di sekolah barunya. Bersyukur Woojoon mampu bertahan dari mereka dan pada akhirnya Rae ah diadukan oleh orang tuanya beserta teman-temannya dan ia menghentikan sikap buruknya terhadap WooJoon.  Woojoon selalu terbuka terhadap ibunya terhadap apapun yang ia alami, termasuk tiap masalah yang menimpanya. Itulah sebabnya  ia dijuluki sebagai anak manja, dan tukang ngadu.

Namun dari bully yang ia alami saat kelas 2 SD, ia mendapat sahabat baru yaitu Park Jae Rim. Jaerim adalah sahabat pertamanya sekaligus teman sebangkunya yang selalu ada untuknya, Woojoon pun juga melakulan hal yang sebaliknya. Semakin lama Jung Ha Kyo semakin sadar dan tidak lagi melakukan hal yang sama terhadapnya. Woojoon tidak merasa benci atau dendam terhadap mereka. Jadi ia tetap berteman dengan mereka bertiga. 

Ibunya mendaftarkan Woojoon untuk naik jemputan sekolah. Lagi, lagi, dan lagi ia tidak disukai oleh teman se jemputannya. Mungkin, karena gayanya yang masih culun dan wajah yang biasa saja jadi ia diejek. Ia hanya mengingat 2 orang yang membullynya, yaitu Li An dan Mi Woo. Keduanya senior dari Woojoon, jadi ia tidak berani untuk melawan mereka. Ditambah lagi Jaerim sahabatnya, merupakan teman 2 seniornya.

Karena tidak kuat, di kelas 3 SD ia pindah jemputan. Itu juga karena disarankan oleh tetangga barunya.
Ia pindah jemputan dan disitu ia merasa lebih baik. Namun sayangnya, Woojoon harus pisah dengan Jae Rim. Ya setidaknya ia mendapat pertemanan yang lebih baik di lingkungan jemputannya. Ibunya pun mendaftarkan les dari wali kelasnya untuk Woojoon, dan semenjak itu , Woojoon menjadi lebih dekat dengan teman-teman perempuannya

Masa-masa sekolahnya berjalan dengan baik, meski ia pernah dibully atau menjadi korban bully.
Meski begitu, ia tetap sayang kepada teman-temannya walaupun ia pernah diperundungkan oleh mereka.

Hari semakin cepat dan tak terasa ia sudah beranjak dewasa.
.
.
.
.
.
.
.
.

Memaafkan lebih melegakan dibandingkan membalasnya dengan hal yang sama, seperti yang mereka lakukan padaku.
-WooJoon-

Peace of Saranghae♡
Gbu🙌

Park Woo JoonWhere stories live. Discover now