"Eh tuyul!"
"Pala mana, pala?"
"Bapak mualaf ya????"
"Ibu saya nggak mau ya..."
"Jin?"
"Hahahahahahaah...."
"Mama aku keganggu banget😭"
"Fuck!"
"Pangpang.."
"Dumprak...dumprak..dum.."
Dan masih banyak lagi...
Hanya kata itu yang ada selama ini, kalau untuk sama mereka ya. Selebihnya, Tuhan dan lebih utama. Menangis sudah jadi hal yang biasa, apalagi membuat gue menjadi lega.
Gue memutuskan untuk tetap melanjutkan hidup. Gue mencari pekerjaan dan berusaha menabung untuk kuliah tahun depan, walaupun sampai saat ini belum mendapatkannya akibat covid-19 ini sendiri.
Dumb virus, itu kata yang menjadi definisi untuk sang virus corona.Seiring berjalannya waktu, gue mulai merasa alone. Kata kasarnya, butuh pacar atau teman tapi mesra. Berbagai cara gue mencari teman baru lewat aplikasi chat online internasional dan dapat sih, tapi berlangsung sementara.
Lalu, gue mulai mengenal adik Hajin yang bernama Kim Sa Jin. Ia masih sekolah dan duduk di bangku SMA kelas 2. Awalnya kenalan, tapi lama-kelamaan gue mendekatinya. Karena tekad baru gue untuk melajang sampai dengan 28-30 tahun, jadi gue memutuskan untuk biasa aja. Ditambah ia juga mempunyai ttm, tadinya.
Dari banyak pria yang gue temui, rata-rata mereka punya penyakit mental. Bahkan adik Hajin saja juga begitu!
Kalau dari kondisi gue, gue bisa mengakui kalau gue itu bipolar akibat stres dan depresi. Jadi sekali ada masalah, nge down. Berusaha up tapi jadinya gila.....
Bulan Juni ini, gue mulai merasakan hal yang aneh lagi. Oh iya, penampilan gue juga mulai rapi dan berubah. Lurus dan mulai percaya diri. Akan tetapi ada 1 pikiran yang menganggu gue. Simak baik-baik!
Kelanjutan cerita gue dengan Hye joon, sepertinya ia sempat mengakui ke oppa kalau ia menyukai gue. Kalau info dari tuyul, katanya ia salah paham sama gue. Dikira gue yang suka duluan, padahal dia yang duluan dan gue juga salah paham intinya. Ini jatuhnya ngerumpi ya guys😅
Ia mulai move on dan memulai dengan crush pertamanya yaitu Monica, cewek cantik dan cukup berada. Ia mendekati dan ya gue nggak terlalu mengerti gimana teknisnya, akhirnya gue juga berusaha menganggapnya sebagai oppa ketiga gue."Ah dia juga kan yang lebih tua." Gumam gue, optimis kalau ia oppa gue.
Ada sedikit rasa cemburu sama dianya bukan sama ceweknya. Ya gue benar-benar optimis, gue nggak suka sama dia. Sampai gue bilang jijik, secara tipe gue juga nggak sembarangan. Sekali crush sama laki-laki, wow semua. Kalau nggak tampang, kalau nggak skill. Lihat aja profil biodata mereka, wah!
Sampai kepada saat ini (maksudnya bulan Juni, 2020 ini), gue mulai merasakan iri hati sama anak itu. Seketika mood gue turun drastis dan gue mulai membenci diri sendiri. Ditambah gue yang masih dibisik-bisikin. Gimana coba?
Udah gue iri, benci sama gue sendiri, masalah bisik-bisik belum selesai, sedikit kekhawatiran tentang masa depan gue, gue yang sulit mengendalikan diri, sedikit rasa alone gue, dan masih banyak lagi. Jadi tepatnya di hari Sabtu, 13 Mei kemarin gue benar-benar merasa down.Ceritanya oppa menceritakan banyak hal tentang hye joon. Intinya sih ia sudah mempunyai wanita dan ya si Monica itu. Ya gue fine, tapi sedikit cemburu. Cuma yang jadi poin masalahnya, sebelum itu gue sempat memberikan semangat kepadanya. Karena gue tahu mamanya sakit dan sikap dia aneh ketika berada di dekat gue, Gila itu definisinya. Dan gue pikir "Oohh... lagi ada masalah. Pantesan aneh."
YOU ARE READING
Park Woo Joon
Non-FictionCerita nyata yang dihalukan. Gue menulis cerita ini berdasarkan pengalaman nyata yang gue alami semasa gue hidup. Ada saat dimana gue merasakan disayangi oleh orang-orang, ada saat dimana gue merasakan dijauhi oleh orang-orang. Ada saat dimana gue n...