Setelah jam pelajaran terakhir selesai anak-anak lainnya sudah pulang. Tinggal aku, Jessica, dan Frey yang masih bertahahan di kelas menunggu jarum jam menunjuk pukul tiga lewat lima belas. Masing-masing dari kami memiliki ekstrakurikuler berbeda yang harus diikuti selepas pulang sekolah. Jessica di barisan paskibra, Frey di klub futsal sekolah, dan aku di kelompok jurnalistik. Sebenarnya kedua temanku itu bisa langsung pergi ke lapangan dan kumpul bersama teman ekskul mereka. Tapi aku menahan keduanya karena enggak mau nunggu di kelas sendiri. Sekolah kalau uda sepi, kan serem.
"Kenapa enggak nunggu di kelas ekskul aja, sih, Cha?" protes Frey. Dia emang paling semangat kalau mau kumpul klub futsalnya.
"Aduh, tunggu bentar dong. Anak lain pasti belum dateng nanti aku sendirian di sana."
"Iya, Frey. Kasihan Icha uda tunggu bentar aja."
"Jessica emang paling pengertian, deh." aku berbasa-basi.
Sudah lama aku dan anak jurnalistik lain mengeluh soal kelas ekskul ini. Sebab SMK Anugerah tidak memiliki bangunan khusus untuk kegiatan ekstrakurikuler siswa. Sehingga kami hanya bisa memanfaatkan ruang kelas yang kosong. Padahal tiap kegiatan kesiswaan di sekolah banyak mendapat kejuaraan. Tapi berkontribusi dengan bangun satu gedung khusus ekskul aja pihak sekolah enggak mau.
Setelah jam tiga lewat lima belas menit berlalu aku, Frey, dan Jessica berpisah di bawah. Kelas kami ada di atas sementara kelas untuk ekskul di bawah. Kedua temanku langsung pergi ke lapangan depan. Sementara aku berjalan di sepanjang koridor. Aku melewati beberapa ruang kelas mulai tingkat sepuluh hingga sebelas dari berbagai jurusan. Ternyata enggak semua kelas sudah benar-benar kosong. Ada beberapa siswa yang masih asik ngobrol atau makan jajan di sana. Padahal kalau jadi mereka aku lebih memilih untuk pulang dan makan. Ngomong-ngomong soal makan perutku sekarang lagi laper banget. Soalnya tadi istirahat pertama enggak pergi ke kantin gara-gara baca The Orion ulang. Istirahat kedua cuma cukup buat antri wudhu dan sholat dhuhur di mushola.
"Icha!" Mita, ketua ekskul jurnalistik menyapaku.
"Hai, Mit!" aku melambaikan tangan ke arahnya.
Mita itu setingkat denganku anak kelas sebelas, tapi dari jurusan broadcasting. Dia pernah juara membuat tulisan lepas di koran harian dan tergabung dalam projek film pendek pas kelas sepuluh. Mita punya wajah cantik tapi enggak semua cowok berani deketin dia. Kata anak-anak dia sedikit cuek. Emang benar, sih. Pertama kali kenal Mita di ekskul aku juga merasa dia orang yang dingin, kaku, dan enggak bisa senyum. Setelah bergabung selama enam bulan bersamanya, apalagi semenjak dia memegang jabatan sebagai ketua aku baru tahu ternyata itu cuma sikap tegas saja. Kalau di luar ekskul Mita baik kok, bisa diajak bercanda juga.
"Cha, anak-anak sudah kumpul di ruang perpustakaan, tuh!"
Aku melongo. "Lho, kok ruang perpustakaan? Biasanya kan kita di kelas sepuluh perkantoran."
Mita mengerutkan kening. Justru dia yang keliatan kaget dengan jawabanku."Kamu lupa, ya? Kita, kan mau bahas majalah akhir tahunan. Di perpustakaan ada salinan dari tahun-tahun sebelumnya. Kita bisa baca itu untuk bahan rujukan sekaligus revisi."
"Oh." aku bukan cuma lupa bahkan enggak tahu soal rencana itu.
"Ya, uda kamu langsung ke sana, gih."
Perpustakaan itu letaknya di depan. Di dekat lapangan. Tempatnya nyaman, dingin, enak pokoknya. Yang bikin sebel kalo ke sana mesti ngelewatin kandang binatang dulu. Eh, sekolahku enggak punya peliharaan, kok. Kandang binatang itu maksudnya kelas anak TTU (Teknik Tata Udara). TTU adalah jurusan yang isinya cowok semua. Aku enggak bilang semua cowok itu binatang, ya. Cuma julukan itu diberikan sama pak Anton guru ketertiban kami. Karena memang dari tahun ke tahun yang namanya jurusan TTU enggak ada siswa benernya. Semua isinya cowok begundal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is Author of The Orion
Teen FictionDamarlangit, seorang siswa SMK Anugerah jurusan "Kandang Binatang" membuat heboh satu sekolah. Pasalnya keberadaannya hilang timbul, tak ada yang istimewa darinya hingga suatu hari dia digosipkan berhasil menerbitkan novel yang meledak di pasaran. I...