Semingu ini aku habiskan waktu dengan belajar untuk ujian tengah semester. Aku melupakan sejenak masalah wawancara, Damar, dan sekitarnya yang dapat membuat konsentrasi belajarku hilang dan moodku berantakan. Untung Mitha tak pernah menyinggung soal jobdisk kami saat pertemuan ekskul jurnalistik. Dia cukup mengerti anak-anak sedang fokus dengan pekerjaan dan ujian mereka. Lagipula deadline pengumpulan tugas masih bisa diundur karena jadwal ujian yang semakin mepet mendekati kenaikan kelas.
Hari minggu ini sebagai media penyegaran di sela waktu belajar, papa dan mama mengajakku untuk ikut car free day di sekitar jalanan taman Bungkul, tempat biasa warga Surabaya menghabiskan waktu dengan olahraga, jalan-jalan, bersepeda santai, atau sekedar jajan bersama keluarga dan teman-teman di akhir pekan. Papa dan mama sudah semangat banget ngajak berangkat dari subuh. Beneran hampir setelah kami beres sholat subuh.
"Ayo, Cha! kamu itu sekali-kali harus keluar rumah, hirup udara segar, olahraga gitu," ucap papa sambil memeragakan gaya peregangan otot.
"Papa nggak sesak apa pakai pakaian begitu." Aku mengomentari gaya berpakaian papa yang kelihatan bikin susah napas. Papa memakai kaus bola yang melepet bikin perut gembulnya kelihatan jelas.
"Enak aja! nggak kok ini pakaiannya masih longgar." Papa mecoba mencari sisa-sisa ruang pada pakaiannya. Wajah papa langsung merah karena berusaha menahan napas. Aku nggak tahan ingin ketawa, ada-ada aja kelakuan papa.
Mama keluar dari kamar menghampiri aku dan papa di ruang tengah. Aku sangat heran dengan bentuk tubuh mama yang masih ramping dan kencang meski sudah memasuki usia empat puluhan. Apa besok aku akan mewarisi bentuk tubuh itu juga dari mama. Aku langsung memasang ekspresi ngeri membayangkan tubuhku di usia tua nanti tidak seperti mama, tetapi justru seperti papa. Soalnya kata banyak saudara aku lebih mirip papa, kata orang kan anak perempuan lebih mirip ayahnya. Ya ampun gimana dong?
"Kenapa kamu Cha kok bengong? Ayo pakai sepatu terus berangkat."
Mama sudah pergi menyusul papa ke garasi mobil. Aku lantas bergegas mengambil sepatu dan memakainya. Rasanya sudah lama sekali aku nggak ikut cfd di akhir pekan. Terakhir kali sepertinya pergi dengan teman-temanku sewaktu liburan sekolah beberapa bulan yang lalu. Papa dan mama memang nggak pernah menulis cfd sebagai list kami saat akhir pekan. Biasanya kami lebih suka menghabiskan waktu di rumah atau pergi ke tempat saudara untuk bersilahturahmi.
Setelah menempuh perjalanan yang singkat kami pun tiba di taman Bungkul. Papa memarkir mobilnya sementara aku dan mama turun di area belakang taman kemudian berjalan memasuki lapangan tengah. Walau datang cukup pagi ternyata sudah ada banyak orang yang tumpah ruah di sana.
Sembari menungu papa, mama menyuruhku untuk ikut peregangan otot karena senam aerobik di tengah lapangan sudah mau dimulai. Papa menyusul kami tak lama. Papa dan mama langsung ambil barisan di belakang orang-orang. Mereka memintaku ikut, tapi aku nggak berminat ikut berjajar sama mereka melakukan gerakan lincah yang pada akhirnya bikin kaki dan tanganku keram habis itu.
"Papa dan mama aja yang senam. Aku mau jogging aja."
Aku langsung bergerak lari kecil ke arah sekumpulan remaja yang jogging di sekitar sana. Setelah cukup untuk menjaga jarak dengan papa dan mama aku mulai berjalan santai. Aku memerhatikan sekitarku, anak-anak, remaja, orang tua, semua berkumpul. Ada hewan-hewan peliharan yang lucu juga. Para binatang itu berjalan di depan majikan mereka seolah berperan sebagai penuntun.
Seekor kucing tiba-tiba menarik perhatianku. Aku tidak tahu kucing itu berjenis apa, bulunya lebat, terutama di area wajah mirip singa, bewarna oranye kecokelatan, berwajah gemas, dan bikin aku ingat Vivi, kucing yang nggak sengaja hampir aku dan Damar tabrak.
Aku jadi ingat kejadian itu lagi. Ekspresi ketawa Damar dan khawatirnya dia pas tahu luka di lututku. Aku melihat sekilas lututku yang sudah sembuh. Ya, ampun dadaku tiba-tiba nyut-nyutan lagi. Kenapa sih aku jadi kepikiran soal Damar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is Author of The Orion
Teen FictionDamarlangit, seorang siswa SMK Anugerah jurusan "Kandang Binatang" membuat heboh satu sekolah. Pasalnya keberadaannya hilang timbul, tak ada yang istimewa darinya hingga suatu hari dia digosipkan berhasil menerbitkan novel yang meledak di pasaran. I...