"Zar?masih pusing?"
Zara langsung terduduk karna terkejut. "Eh ka alam. Gw pingsan lagi ya?"
Alam yang awalnya berdiri di depan pintu melangkah masuk lalu duduk di samping zara "iya lo pingsan lagi" dia menarik kepala zara agar bersandar di pundaknya
"Masih pusing hm?" Alam mengelus rambut Zara perlahan, akhirnya mereka tinggal lagi serumah setelah 7 tahun berpisah
Zara hanya mengangguk sebagai jawaban, jadi tadi bukan mimpi? Ah sial. Kenapa itu bukan mimpi. Kenapa harus kenyataan!
"Jadi gua harus ajak dia kesini?"
Alam yang tidak mengerti maksud zara mengerutkan keningnya "maksud lo?"
Zara berdecak. Pantas saja kakanya ini tidak punya pacar. Gak peka sih!
"Ck. Dia. Intinya gw harus bawa dia kesini kan? Trus abis itu gw baru bisa ke korea sama ika sama aila, kuliah sekalian tinggal disana kan?selamanya kan?" Tanya zara bertubi tubi
"Hm. Lo bener. Dia harus kesini. Ketemu sama ayah dulu, baru abis itu lo bisa ke korea ajak temen temen lo jalan jalan, trus lo juga bisa kuliah sekalian tinggal disana selamanya. sama kayak bibi eun hye" jelas alam panjang lebar
Zara tersenyum "Itu sih gampang. Besok juga gw bisa ajak dia kesini."
"ga gitu zar. Lo harus lulus dulu. Dia harus kuliah dulu. Biar lo bisa kuliah di korea"
Zara hanya mengangguk anggukan kepalanya lalu bertanya kembali "kenapa harus arfan sih kak?"
"Karna emang tinggal arfan yang harus di selesaiin. Ayah cuma butuh Arfan. Setelah itu, kita semua bebas. Gua dapet perusahaan, lo kuliah di korea."
Zara mengangguk angguk lagi "emangnya lo cocok jadi pemilik perusahaan?"
Alam menyentil dahi zara. Kebiasaan.
"Ya cocoklah. Makanya ayah maunya gue bukan lo"
Hening sejenak. Tiba tiba saja mereka berdua kehabisan topik.
Zara membuka mulutnya "kalo ayah begitu ke arfan.. bukannya dia bisa aja balik ke rumahnya kayak 7 tahun lalu?"
Alam hanya tersenyum "kita liat nanti"
🖤🐳
Zara berangkat ke sekolah bersama alam. Karna mereka satu sekolah.
Sesampainya di sekolah mereka berdua menjadi pusat perhatian. Ada yang bergosip. Ada yang melihat dengan sinis. Ada juga yang kebingungan
Zara juga bingung. Rok dia ga kependekan kok... Rambutnya juga ga diwarnain. Trus masalahnya apa?
Alam sendiri tidak mau ambil pusing. Dia segera menuju kelasnya tanpa berbicara apapun pada zara. Meninggalkan Zara sendiri diparkiran dengan dahi mengkerut kebingungan
Zara hanya mengedikkan bahunya. Toh kenapa dia sendiri yang pusing?. Diapun menuju ke kelasnya dengan muka datar.
Jika ada yang melihatnya sinis, Zara langsung berbicara didepan orang itu "kenapa sinis sinis! Sirik lo sama gue?" Dengan senyum smirk khas miliknya. Dan itu yang sedang dia lakukan sekarang pada perempuan di depannya ini.
Dari gayanya sih kayanya anak kelas 10. Oh ralat. Gayanya memang kelas 10. Tapi mukanya seperti anak kuliah. Ujung rambutnya diwarnain warna hijau gelap. Plus bibirnya yang menor kayak abis makan bakso pedes 1 kg. Zara tau orang ini. Namanya sasya kelas 10 ipa 4. Semua orang tau tentang dia. Karna sasya termasuk anak bermasalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quiescent!✔
Teen Fiction"Let's play the game, Arfan Raharja Putra" Kukira kalimatnya hari itu di depan kelas hanyalah omong kosong. Dia perempuan, sedangkan aku laki-laki. Seharusnya aku menjauh, lari, tapi bodohnya aku justru terjebak dengannya! Sekarang aku hanya bisa be...