-"HALLO, SAYA NADIA"-
========================
ENAM minggu sudah berlalu dari kepergian Belva. Itu artinya masa kontrak kerjaku untuk menggantikan Yasmin yang hanya dua bulan itu juga sudah selesai. Bahkan sejak lima hari yang lalu aku sudah tak lagi bekerja.
Maka hari ini di hari ke enam setelah aku berhenti, aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Stefani dan Greg bahkan beberapa teman-teman di HUMAN pada memberiku saran untuk cari kerja di sini. Tapi gak tahu kenapa, rasanya duniaku sudah gak di New York lagi. Entah karena dari awal niatku ke sini hanya untuk sementara, atau...
Ya, bisa jadi karena komunikasiku dengan Belva seketika terhenti begitu saja. Semenjak kepergiannya itu, Belva masih sering menghubungiku di minggu pertama kepergiannya. Bahkan hampir tiap hari ia memberiku kabar. Minggu kedua ia mulai jarang menyapaku. Bisa dihitung berapa kali ia menyapaku dalam seminggu. Lalu di minggu ketiga ia hanya tiga kali menghubungiku itu pun dengan kalimat-kalimat seadanya. Sampai di minggu ke empat hingga sekarang ia menghilang begitu saja. Anehnya ia bahkan menghapus aku facebook dan sempat memblokir nomor WhatsApp dan akun Skype-ku. Aku bahkan dibuat khawatir dengan sikapnya yang berubah secara tiba-tiba. Takut jika dia kenapa-kenapa di Jepang sana. Hingga sebuah pesan singkat masuk dari Belva berisi jika dia baik-baik saja dan aku di sini tak perlu mengkhawatirkannya. Entah bagaimana caranya dia bisa tahu kalau aku menghawatirkannya di sini, yang jelas kenapa dia melakukan semua itu padaku? Apakah aku telah berbuat salah padanya?
Hingga pesawatku tiba di Singapura hari ini, aku sudah tak lagi mendengar informasi tentang Belva. Ia bagaikan bunga sakura di New York yang hanya bisa kulihat sementara. Kehadirannya hanya sesaat meski itu bisa membuat hariku berwarna.
Jam 06:50, aku baru saja mendarat di Bandara Internasional Changi Singapura setelah menempuh perjalanan sekitar 20 jam dari Amerika dengan menggunakan Maskapai Singapore Airlines SQ25. Lalu harus berpindah ke maskapai yang sama dengan kode penerbangan SQ952 yang dijadwalkan berangkat jam 07:40 untuk tujuan Jakarta.
Baru saja aku hendak turun, seorang perempuan berambut kecoklatan sebahu mengenakan kacamata oval menahan tanganku. Perempuan itu memang sedari berangkat duduk di sebalahku. Tepatnya terhalang satu penumpang. Dan mataku memang tak pernah bisa luput kalau sudah melihat perempuan cantik. Aku menoleh ke arahnya dengan cepat.
"Maaf boleh bertanya sesuatu?" Dengan bahasa Inggris dialek New York Urban-nya yang khas, aku yakin jika perempuan itu memang tinggal di sana meskipun wajahnya aku bisa jamin jika dia orang Asia walaupun warna rambutnya itu berusaha menyamarkannya.
"Ya, kenapa?" aku menoleh.
"Apa kamu orang Singapura?"
Aku mengerutkan dahiku setengah heran. "Emmm... nope. I'm from—"
"Apakah ini pertama kalinya kamu ke Singapura?" potongnya buru-buru sebelum aku menuntaskan kalimatku.
Sebenarnya aku suka malas kalau harus menjawab pertanyaan basa-basi sejenis itu. Untung saja dia cantik sehingga aku masih mau meladeninya.
"Gak. Saya beberapa kali mengunjungi negara ini"
"It's good!" Seketika wajahnya berubah begitu antusias. "Apa tiket yang kamu miliki untuk penerbangan transfer dengan bagasi yang didaftarkan langsung ke tujuan akhir?"
"Ya. Memangnya kenapa?"
"Kebetulan punya saya tiketnya memang untuk penerbangan transfer tetapi bagasi saya hanya sampai bandara Changi. Kira-kira saya harus bagaimana ya?" wajah itu berubah jadi terlihat bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSIT
Romance[COMPLETED!!!] - Pernahkah jatuh cinta pada seseorang yang sudah berkeluarga? - Pernahkah menjalani hubungan jarak jauh? - Pernahkah mencintai secara diam-diam? Atau... Pernahkah kamu menyukai seorang wanita tetapi dalam waktu bersamaan kamu juga me...