La Tahzan

2.1K 272 39
                                    

Aku tak ingin larut dalam kesedihan. Jangan bersedih wahai hati. Jangan terluka duhai perasaan. Jangan kalut dengan apa yang menimpamu. Sesungguhnya, sedih itu mengingatkan kita bagaimana caranya untuk bersabar.
~Syifa

***

Dito dan Aisyah menuntunku menuju UKS. Aku hanya bisa diam membisu. Kejadian itu datang begitu saja. Tanpa terduga dan membuat hati dan jiwa ini remuk bertubi-tubi. Ingatan ketika tiga cowok itu mengganggu diriku. Rengkuhan nyaman yang diciptakan oleh Dito seakan membuat diri ini melambung tinggi dan tanpa sengaja terjerumus dalam dosa. Aisyah yang baru datang menghampiri kala situasi sudah benar-benar aman. Bukan karena apa, si Aisyah tak merengkuh tangan ini saat kejadian pelik itu berlangsung. Tapi, dia juga tentunya perlu menjaga diri sendiri.

"Syifa. Jangan mengangis lagi!" seru Aisyah sembari menghapus air mata yang masih setia membasahi pipi ini.

"Benar, Syifa! Jangan mengangis! Air matamu terlalu berharga," sambung Dito yang ikut menimpali.

Aku hanya diam saja. Batinku terluka dan itu amat menyesakkan. Baru tadi pagi air mata itu menemani. Dan sekarang, air mata seakan sudah menghapus kata teman menjadi sahabat. Dia seperti mengikat. Ingin selalu hadir di setiap napas ini. Sungguh, sakit rasanya.

"Sudah, ya? Tersenyumlah layaknya Syifa yang aku kenal," ucap Aisyah menyemangati.

"La Tahzan, Innallaha Ma'ana."

Aku berhenti dan otomatis Aisyah dan Dito juga menghentikan langkah mereka. Kata-kata itu begitu menyentuh hati. Aku berbalik dan melihat sosok cowok tengah tersenyum padaku. Cowok yang selama ini menjadi idaman para Kaum Hawa di sekolah ini, karena kecerdasan dan kegigihan dalam beribadah. Dia adalah Hafiz, teman sekelas sekaligus ketua kelas. Selama ini, kita tak pernah dekat melebihi batas, hanya sekedar teman belajar. Namun, hati ini merasa nyaman dan damai kala kalimat itu ia lontarkan.

La Tahzan, Innallaha Ma'ana. Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. Kalimat yang berasal dari Al-Qur'an surat at-Taubah ayah 40, merupakan suatu motivasi untuk sesama muslim agar tak kalut dengan kesedihan. Sebagai penghibur hati yang bersedih agar tetap mengingat dan dekat dengan Allah SWT.

Astaghfirullah.
Berkali-kali aku ber-istighfar. Air mata yang masih bercucuran. Meresapi segala rasa sakit. Sabar Syifa! Sesungguhnya, Allah SWT. Memberi cobaan pada kita agar kita bersabar. Itu juga tandanya Allah tahu bila kita bisa melewati itu semua.

"Jangan bersedih! Cobaan seharusnya membuat kita kuat, bukannya lemah seperti ini, Syifa." Hafiz tersenyum.

Benar kata Hafiz. Harusnya aku tak larut dan terbuai dalam kesedihan ini. Walau menyakitkan, tapi tetaplah bertahan. Jangan rapuh ditelan oleh keadaan! Apa salahnya mencoba?

"Syifa. Ayo masuk!"

Tiba-tiba saja, Dito menarikku dan membawa aku masuk ke dalam UKS. Entah apa yang terjadi pada dirinya?
Aisyah pun ikut masuk bersama kami. Sementara Fafiz, ia sebenarnya ingin masuk, tapi langsung dihadang oleh Dito.

"Mohon antre! UKS penuh!"

Dito langsung menutup pintu UKS. Aku dan Aisyah hanya bisa terkejut dibuatnya. Memang benar, UKS ramai, tapi masuk satu orang lagi juga bisa muat. Sudahlah! Lebih baik aku fokus pada diri sendiri. Aku duduk di ranjang UKS bersama Aisyah. Seorang siswi yang bertugas pun datang untuk membatu mengobati luka lebam di wajahku. Namun, tiba-tiba saja Dito mengambil alih kotak P3K dari tangan siswi itu. Mengusirnya secara terang-terangan.

Cinta Beda Agama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang