Suara Hati Syifa

1.3K 176 15
                                    

Jika boleh jujur, maka aku ingin menuangkan segala kegundahan dalam hati. Cinta membuatku lemah dan tak berdaya. Cinta pula yan sudah membunuh batin ini.
~Syifa

***

Aisyah dengan sabarnya menuntun diriku menuju UKS. Tak mungkin juga dengan kondisi seperti ini dia membawa diriku ke kelas. Jadi, dia memutuskan untuk menenangkan aku di UKS saja.

Aku sangat bersyukur memiliki teman sekaligus sahabat sebaik Aisyah. Selalu merengkuh saat pilu menyapa. Selalu ada saat ceria menghampiri. Itulah arti dari seorang sahabat. Selalu ada di saat suka maupun duka.

"Assalamualaikum ...." salam Aisyah saat kami sampai di UKS.

"Waalaikumsalam ...." jawab Dela, teman sekelas kami yang kebetulan tengah memiliki jadwal berjaga di UKS hari ini.

"Syifa kenapa? Dia sakit?" tanya dia yang sedikit prihatin melihat kondisiku.

Aku hanya mampu menunduk dan tak bisa menjawab pertanyaan dari Dela itu. Tidak mungkin bila aku mengatakan semuanya. Aku sangat malu terhadap diriku sendiri. Terlebih, aku lebih malu bila orang lain selain Aisyah tahu yang sebenarnya.

"Dia sedang tak enak badan. Maklum bila dia menangis, kamu tahu sendiri kalau Syifa itu cengeng orangnya," dusta Aisyah sembari tersenyum canggung.

"Oh, gitu. Yasudah mari masuk!" seru Dela dengan ramahnya.

Kami berdua pun masuk ke dalam UKS.  Aku tak enak hati dengan Aisyah. Ku remas tangannya yang masih setia menggenggam erat tanganku. Dia menoleh padaku sembari tersenyum. Aku hanya bisa menatapnya sendu. Maaf sahabatku. Kamu berdusta, karena diriku. Ampuni kami, Ya Allah. Batinku bergejolak.

Aku duduk di ranjang UKS sembari melihat Aisyah yang sedang membisikkan sesuatu pada Dela. Tak lama kemudian, Dela pun tiba-tiba pamit keluar. Aku menyerngit heran, pasti ini ulah Aisyah. Dan, saat ini, tinggal kami berdua di dalam UKS.

"Ais. Kenapa Dela keluar?" tanyaku sembari menatap Aisyah dengan penuh selidik.

Aisyah hanya mengedikkan bahu dan langsung saja dia duduk di samping diriku. Itulah Aisyah, sahabat penuh kejutan dan misteri. Tapi, walau begitu, Syifa tetap sayang pada dia.

"Syifa. Aku mau tanya sama Syifa," ucap Aisyah yang terdengar sangat serius.

"Iya, silahkan!" jawabku dengan menghadap ke arahnya.

"Sejak kapan kamu menyukai Dito?" tanya Aisyah tiba-tiba.

Sepertinya diriku akan diintrogasi habis-habisan oleh Aisyah. Ya, aku memang sering menceritakan bila aku kagum dengan Dito. Namun, aku selalu saja menyangkal bila Aisyah mengatakan bahwa aku menyukai Dito. Dan, sepertinya Aisyah sudah melihat sekaligus mendengar semua keluh kesalku saat di toilet tadi.

"Syifa boleh jujur?" tanyaku dengan polosnya.

"Iya, Syifa memang harus jujur!" jawab Aisyah.

Sepertinya aku memang harus bisa bersikap terbuka dengan sahabatku ini. Aku tahu bila Aisyah gadis baik-baik dan memiliki hati yang suci. Jadi, aku tak akan merasa khawatir bila apa yang menjadi rahasia maupun aib yang aku ceritakan padanya tak akan pernah ia bocorkan. Bukankah dalam persahabatan yang namanya kepercayaan itu penting, bukan? Maka dari itu, aku percaya dengan dia.

Cinta Beda Agama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang