Menjauhi Dito

1.7K 196 38
                                    

Aku ingin menjauh bukan karena untuk memutus tali silaturahmi. Namun, untuk bisa memudarkan rasa cinta ini.
~Syifa

***

Aku memandang wajah Bunda yang berlinang air mata. Ini salah Syifa! Gara-gara doa yang tak mampu Syifa bendung dan menyimpannya seorang diri. Bunda telah mendengar semua penjelasan yang bibir ini lontarkan. Rasa itu muncul begitu saja. Diri ini pun rapuh dan tak tahu harus menyikapinya bagaimana.

"Bunda. Syifa janji, Syifa akan menjauhi Dito," ucapku bersungguh-sungguh. Tapi, setelah mengucap itu ada rasa tak rela yang kian menyayat hati.

Kenapa air mata ini tak bisa berhenti menetes? Kenapa aku lemah bila menyangkut soal perasaan? Ini pertama kalinya aku merasakan bagaimana mencintai seorang lawan jenis. Dan, inilah yang harus diri ini tempuh. Menjauh dari dia yang bahkan belum sempat aku gapai.

Mengapa ada rasa cinta, bila pada dasarnya tak saling memiliki? Mengapa rasa ini muncul, bila rasa yang diri ini miliki salah?
Sakit rasanya bila harus memilih antara gelora cinta dan ketaatan terhadap perintah Allah SWT. Sebagai hamba, patutlah untuk terus mengikuti perintah-Nya dan menjauhi segala larangan yang ada. Oleh karena itu, menjauhi Dito adalah pilihan yang sangat tepat.

"Syifa yang sabar. Allah sayang pada hamba yang sabar." Bunda mengusap air mata ini dengan sayang.

Aku pun juga mengusap air mata Bunda. Air mata yang sangat berharga. Tak seharusnya Bunda menitikkan air mata, karena mendengar doa ini. Syifa rela bila harus terkena marah atau semacamnya. Namun, tak pernah ikhlas bila harus melihat air mata Bunda, air mata dari malaikat tak bersayap ini. Perlahan rasa kantuk menghampiri. Aku menguap pelan dan langsung mengucap istighfar.

"Tidurlah, sayang! Bunda akan menemani Syifa."

Aku pun langsung menutup mata dan menikmati usapan pelan di kepalaku.
Selamat malam Bunda. Semoga hari esok, Syifa masih bisa melihat senyuman Bunda dan Sang Surya.

***

Aku menatap lesu ke sekeliling ruang kelas. Suasananya sangat gaduh. Ada yang bermain game, ada yang sedang melakukan konser dadakan, ada pula yang sedang melakukan siaran langsung untuk channel youtube mereka. Tak heran bila suasana seperti ini sedang berlangsung. Sebab, kegiatan belajar mengajar masih belum bisa stabil, karena kejadian kemarin.

Aku melihat Aisyah yang tengah belajar memainkan gitar bersama Hafiz. Rasanya ingin sekali berteriak agar para manusia di dalam ruangan ini menghentikan kebisingan yang tengah mereka ciptakan. Tapi, aku sadar, suara perempuan itu aurat.
Aku pun memutuskan untuk keluar dari kelas ini. Menghirup udara segar dan merentangkan tangan, sepertinya akan menyenangkan.
Perlahan, aku melangkah pergi dan meninggalkan Aisyah yang masih saja sibuk belajar memainkan gitar.

"Syifa ...,"

Suara itu pasti milik Dito. Aku menoleh sebentar sebelum kembali menatap lurus. Dia pun mendekat dan langsung berdiri didepanku. Spontan, aku melangkah pergi menjauhi dia.

"Syifa, mau kemana?" tanya Dito sembari mengikuti langkahku.

"Bukan urusan Dito!" seruku dengan dingin.

Kenapa sakit, bila harus bersikap seperti itu pada dia? Seharusnya aku senang, karena bisa membuat dia merasa tak nyaman dengan nada bicaraku yang terkesan dingin.

Cinta Beda Agama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang