03

17 5 0
                                    

Pelukan erat diiringi usapan lembut adalah kemewahan yang sulit kudapatkan, hatiku perih mendambakannya tiap hari

Aku terbangun karena suara motor yamaha mio mendekat ke arah rumah Dejun dengan koran banyak sekali di belakangnya. Bapak pengantar koran yang lelah.

Aku buru-buru keluar dari mobil dan menghampirinya, "Selamat pagi, Pak!"

"Eh, neng Aya? Udah lama banget gak keliatan, neng?"

Aku menggaruk tengkukku padahal sama sekali tidak gatal, "Hehe iya Pak, udah sarapan belum Pak?"

"Belum nih neng, neng Aya gimana? Kok pagi-pagi udah nongkrong depan rumah Dejun neng?"

Padahal sudah dari kemarin malam pak, "Gabut pak. Bentar-bentar saya ambil sesuatu dulu," aku berlari kecil ke dalam mobil, mengambil satu ultramilk dan satu sari roti lalu kembali menuju beliau.

"Saya gak terima penolakan ya. Semangat bapak!" ucapku sambil menaruh bayi-bayi manisku ke kantong motor bapak ini,

"Waduh neng, ngerepotin banget. Makasi ya neng!" jawabnya semangat.


Beliau menaruh koran itu di atas kotak surat rumah ini dan pergi melanjutkan perjalanannya. Lambaian tangan itu sungguh semangat dan aku juga semangat untuk numpang mandi disini.


"Dek, tolong ambil koran pagi di depan dong?" pinta seseorang

"Bunda, aja yang ambil yah." Bisa ku tebak itu Bunda Jessica.


"Loh Ayana? Sayang, kamu ngapain pagi-pagi disini?" tanyanya kaget melihatku di depan kotak surat miliknya.

"Selamat pagi Bunda, asli pagi ini cerah banget aku pikir emang lagi musim, ternyata bidadari baru turun dari kahyangan!"

"Heh kamu bisa aja. Ayo sini masuk, nak!" ajaknya. YES.


"Sebenarnya Aya mau numpang mandi, gapapa kan Bun?"

"Astaga, ada-ada aja. Yaudah ayo, kamu bawa baju ganti kan?" Bunda menggelengkan kepalanya gemas dan aku menganggukan kepalaku bersemangat lalu ikut masuk ke dalam rumah Dejun lagi.

Tebak apa yang terjadi, Dejun belum bangun. Ini sudah jam 7, dia menolak bangkit dari kasurnya dan aku suka itu, artinya aku tidak akan diusir sebelum selesai mandi.

"Loh, Ayah minta koran tapi yang dateng sekalian sama pengantarnya juga nih?"

Jelas aku panik, bukannya tadi bapak itu sudah pergi keluar dari komplek ini? "Hah, siapa yah? Tadi bapak itu udah pergi loh !"

Ayah tertawa melihat kebodohanku, jelas, tidak usah dipertanyakan lagi. "Ayah, jangan ganggu Ayana ih. Udah, Aya pakai kamar mandi ruang tengah aja ya," ucap Bunda

"Siap Bun!"





~~





"Kamar mandi bi Dian rusak, Yah?" jelas itu suara Dejun

"Nggak kok." jawab ayah

"Loh tadi aku denger ada suara gemericik air, itu darimana kalo bukan dari kamar mandi tengah?" tanyanya lagi

Lalu aku buru-buru merapikan bawaanku dan berlari menuju Dejun di ruang makan, "GUTEN MORGEN ANAK GANTENG!"

Susu hangat yang baru saja diteguk Dejun keluar secuil begitu mendengar suaraku yang merdu, keberadaanku membawa pengaruh juga padanya, "SIAL, APA-APAAN SIH?"


"Hus, Dejun. Gak boleh gitu sama tamu," ucap bunda Jessica

"Bun, kok ada dia sih?"

"Tadi aku nongki di depan rumah kamu, terus numpang mandi disini deh," aku semangat sekali.

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang