06

16 4 6
                                    


Tertutupi sementara, lukanya masih ada, menunggu untuk terbuka kembali olehmu, bolehkah aku berharap disembuhkan saja?


"Lo tuh isinya tulang doang ya?"

"Ini ada lemak di perut sama paha!" ucapku dengan tidak santai, enak saja cuma tulang

"Sama ini!" Lucas mencubit pipiku dengan kencang

"Sakit sakit !!" teriakku dan memukulnya, tidak sekencang cubitan Lucas kepadaku, tentu saja.

Dia malah tertawa hebat, Lucas sereceh itu ternyata.

Lucas memilih taman internet fakultas teknik sebagai tempat untuk mengobati luka di kakiku.

Fakultas teknik tidak semenyeramkan yang orang-orang pikirkan.

Di bayangan mereka fakultas tersebut berisi segerombolan laki-laki berambut gondrong, kumis berbagai macam tipe, baju dan kantung mata hitam dengan sebatang rokok yang biasanya nongkrong di masing-masing mulut mereka.

Um, tidak salah.

Tapi beberapa hal tersebut dimiliki Lucas kecuali kumis dan rokok.

Lucas adalah bad boy yang tumbuh di keluarga yang memegang teguh pentingnya kebersihan dan kesehatan.

Ku katakan dia bad boy karena memang dia tidak sebaik laki-laki baik pada umumnya.

Mulutnya pedas, hobinya menolak perempuan, melanggar aturan dan bolos.

Untungnya dia pintar dan dia tau apa yang harus dilakukan.

Seperti saat ini, dia menolongku.

Ketika kebanyakan orang menolak untuk mengulurkan tangannya, Lucas satu-satunya yang mau mengulurkan tangan kanannya untukku.


"Pelan-pelan, Cas. Yaampun kamu bar-bar banget ngobatin orang,"


Ya, dia semangat sekali mengobatiku, um, terlalu semangat.


"Ini udah pelan, tuh tuh." ucapnya lalu mengolesi lukaku dengan obat merah dan tissue.


"Bukan gitu, Cas. Di giniin, tap tap tap aja pelan-pelan." ucapku sambil memeragakan cara mengobati orang dengan baik dan benar.

"Ck, yang ada nanti obatnya gak meresap!"

"Teori darimana?"

Lucas terlihat berpikir, sebelum dia membuatku emosi dan melupakan kebaikannya, buru-buru aku meminta hansaplast sebagai sentuhan terakhir untuk menutupi luka ini.

"Hansaplast?"

"Ini," dia memberikanku barang putih dengan beberapa warna biru dan hijau

"Um, Cas?"

"Gak ah, nanti gue di salahin lagi." Lucas merajuk.

"Gak gitu."

Dia menolehku, "Yaudah sini, ini luka lo tinggal di tutup aja kan?"

Dia membuka bungkus tersebut dan hampir saja menempelkannya di luka kakiku, laki-laki ini harus mendapatkan seminar tata cara penolongan pertama


"Cas, Cas! Jangan di tempel anjir, itu salonpas!"

"Sama aja, udah sini!"

"Anjir, Cas. Beda!"

"Apanya beda? Ini kalo di tempel kan luka lo ketutup."

"Ya tapi jadinya panas!"

"Efek sampingnya aja kali," dia masih kekeh

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang