12

24 2 0
                                    

Dipepahnya aku dengan rasa tak layak dicintai, lalu ku tanya sekali lagi, apa alasanku berada di dunia ini?


Perubahan yang terjadi adalah, um, tidak ada.

Kehidupanku monoton, begini-begini saja.

Ah!

Aku sudah tidak pernah mendatangi kediaman keluarga Dejun lagi.

Satu kata 'beban' dari Dejun hanya boleh masuk ke telingaku sekali saja, kalau dua kali nanti mataku benar-benar copot karena terlalu banyak air yang keluar. Tidak nyambung memang, tapi aku harus tetap waspada.


Semester baru akan di mulai, jujur aku tidak siap. Oke, siapa mahasiswi yang siap untuk menyambut semester baru? Jika ada, aku tebak dia belum pernah merasakan patah hati saat menempuh pendidikan. Tebakanku saja, bisa benar, bisa juga salah.

Aku memasuki perpustakaan milik Papa, aku ingat sebulan sebelum Papa meninggal, beliau membelikanku buku untuk kuliahku.

Papa bilang buku itu bagus.

"Kalo Papa udah bilang suatu barang itu bagus, berarti emang beneran bagus."

Aku berdiri melihat betapa luasnya perpustakaan Papa, "Aih, bukunya dimana?"

Pandanganku berkeliaran mencari buku dengan segelnya sampai ketika aku berhenti pada satu buku besar.

Aku mengambil buku tersebut. Wow berat.

Ternyata yang kupikir buku itu adalah album foto.

Tunggu, album foto?

Aku membukanya, seketika tiga amplop putih jatuh dari album tersebut.

Pada setiap amlop ada nama Mama, Kak Hendery dan... aku?

Aku buru-buru duduk di sofa langganan Papa, mencari posisi senyaman mungkin dan mulai membuka amplop ini.

Oh... surat.

Ayana Kanaya, Putri Papa Joshua
2020
Perpustakaan

Aku mencoba mengatur napasku, Tuhan, ini Papa.

Aku menahan air mata yang sebentar lagi akan tumpah.

Papa tebak pasti kamu yang pertama kali menemukan surat-surat ini?

Aku tersenyum membacanya, Papa tahu semuanya.

Jika kamu tersenyum, berarti benar.
Ayana, semenjak dokter mengabarkan kami bahwa Mamamu sedang mengandung kamu, jujur Papa cukup terkejut.

Hei, Papa tidak mengatakan bahwa Papa tidak menginginkanmu, yah. Hanya saja Hendery saat itu masih berumur satu setengah tahun. Itu pertanda, Mama kamu subur sekali, Nak.

Setelah sesi terkejut berlalu, Papa langsung menerima kamu. Alasannya sederhana, kamu bagian dari wanita yang Papa cintai.

Setelah kamu lahir, alasan itu bertambah.
Kamu menggemaskan, Papa tidak tahan untuk mencubit pipimu terus menerus.

Ada banyak yang ingin Papa sampaikan, tapi Papa selalu menundanya. Papa pikir Papa bisa memberitahumu esok, ternyata waktu Papa tidak terlalu banyak.

Jadi lewat surat ini, Papa ingin mengatakan bahwa kamu anak kebanggaan Papa. Ayana, you did so well.

Aku tersenyum kecil, Papa begitu menerimaku disini. Aku menyeka air mataku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang