09

14 4 0
                                    




Kekeliruanmu adalah menyayanginya terlalu dalam sampai-sampai diriku tak terlihat olehmu


Ini sudah hari ketiga setelah insiden "menciduk" Nia dan Kevin.

Lucas dan Mark sudah menjalankan misinya untuk membuat Kevin mau menjebak Nia.

Pada dasarnya, Kevin adalah orang baik. Ia bagian dari keluarga Dejun, ingat? Aku tau setiap individu pasti berbeda. Tapi jika berbicara mengenai keluarga Dejun, maka aku bisa jamin indvidu yang termasuk di dalam keluarga mereka pasti baik.

Kebetulan saja kemarin-kemarin Kevin bertemu dengan Nia yang notabene bukan golongan individu yang bisa dikatakan baik.

Menurutku cara Nia untuk mewujudkan kebaikannya itu ya kebaikannya pada perawatan dirinya sendiri. Nia adalah Puteri Kampus Fakultas Psikologi, baru saja menang dua bulan yang lalu.

Hebat kan? Kecantikannya bersertifikat, akhlaknya tidak.


Papa bilang aku cantik, oh tentu saja. Sayangnya tidak punya sertifikat yang menjamin hal itu. Tapi menurutku cukup satu pengakuan dari Papa, maka aku bisa menyebut diriku sendiri ini cantik.

Akhlakku juga baik-baik saja, walaupun memang sedikit menyebalkan.

Itu dibuktikan dari betapa sedikitnya 'teman' yang kupunya dan cara Dejun menolakku, seperti saat ini.

Aku memasuki studionya dan berusaha tidak menimbulkan suara sedikitpun.

Pelan,


Pelan,


Pelan,

"Mau maling ya lo?"

Sialan!

"Mau kamu."

"Dih!" ucapnya lalu menaruh gitar yang ada di pangkuannya tadi.

"Gue udah sempet bilang gak sih kalo gue gak mau liat lo lagi?"

Aku menggaruk tengkukku yang sama sekali tidak gatal, "Kapan? Ada bukti?"

Dejun memutar bola matanya malas ia mendorongku keluar dari studionya, "Gue benci banget sama lo, Aya. Harus berapa kali gue harus ngasi tau lo terus?"

Aku berusaha menghentikan Dejun dengan menarik tangannya lalu mendorongnya ke tembok.

"Aku suka kamu sebut nama aku, makanya aku suka nyari gara-gara sama kamu," ucapku


Dejun mengedipkan kedua matanya berulang kali, "M-maksud lo?"

"Budek ih, makanya sering-sering bersihin telinga! Masa harus aku yang bersihin?" aku menggodanya, iya aku sudah siap kena sembur amarah Dejun.

Tapi sebelum itu, dengan seluruh kekuatanku, aku menarik tangannya menuju mobilku dan menguncinya disana.

Aku tidak sempat pamit pada Bunda Jessica, jadi basically aku menculik Dejun. Aku akui.


Dulu ku pikir hal yang paling menyebalkan dari Dejun adalah kesunyian dan keiritannya pada setiap kata yang dikeluarkannya saat bersamaku.

Ternyata sekarang aku merindukan hal tersebut.

"Lo gila!"

"Turunin gue!"

"Ya, jangan gila!"

"Sumpah lo udah gila ya? Apa banget, Ya?"

Aku menghidupkan radio, hari ini Dejun banyak omong.

"Gue bisa laporin lo ke polisi!" ancam Dejun

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang